Pertamina Kuasai Blok Rokan, Sejarah Baru Industri Hulu Migas RI
ERA.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) untuk meningkatkan produksi industri migas.
Khususnya setelah mengambil alih kelola minyak bumi di Blok Rokan, Provinsi Riau.
Arifin memaparkan, pada akhir Juli 2021, rata-rata produksi Blok Rokan sekitar 160,5 ribu barel per hari atau sekitar 24 persen dari produksi nasional, dan 41 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk gas bumi. Oleh karenanya, dia berharap PHR berkomitmen melakukan investasi yang masif agar produksi dari wilayah kerja tersebut tidak lagi menurun bahkan dapat ditingkatkan.
"Ini harus menjadi komitmen Pertamina, mengingat WK Rokan merupakan salah satu WK terbesar di Indonesia yang bernilai strategis dalam memenuhi target produksi 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada tahun 2030 mendatang," ujar Arifin dalam keterangan persnya yang dikutip pada Senin (9/8/2021).
Arifin mengatakan, alih kelola dari PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) ke PHR merupakan salah satu tonggak sejarah industri hulu migas di Indonesia. Dia mengapresiasi CPI yang berhasil mengelola wilayah kerja tersebut dengan baik.
Berdasarkan catatannya, sejak pertama kali diproduksi pada tahun 1951 hingga tahun 2021, Blok Rokan merupakan salah satu wilayah kerja strategis yang telah menghasilkan 11,69 Miliar barel minyak. Arifin berharap PHR dapat meneruskan dan mengembangkan keberhasilan yang telah dicapai.
Sementara Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, persiapan yang telah dilakukan pada masa transisi dapat menjadi modal PHR mengembangkan Blok Rokan. Ke depan, diharapkan PHR memaksimalkan potensi yang ada melalui penerapan teknologi lanjutan.
"Produksi WK Rokan diharapkan dapat mencapai 165 ribu barel per hari pada akhir tahun 2021 dengan tambahan sumur-sumur baru yang dibor tahun ini. Selanjutnya WK Rokan diharapkan tetap menjadi salah satu penghasil utama minyak nasional," kata Dwi.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, untuk memastikan kelancaran proses alih kelola, Pertamina melalui PHR juga telah membentuk Tim Transisi yang bertugas memastikan kelancaran operasi, terutama di aspek subsurface, operasi produksi, project and facility engineering, operasi K3LL, hingga ke aspek sumber daya manusia, finansial , komersial, asset supply chain management serta IT.
“Hal yang tidak kalah penting dalam proses alih kelola ini, kami mengingatkan kembali mengenai high risk pengelolaan usaha migas, tidak hanya proses kehandalan tapi aspek HSSE (Health, Safety, Security and Environment) tetap menjadi perhatian kita semua,” tegas Nicke.