Waspada! Epidemolog Prediksi Lonjakan Kasus COVID-19 Bakal Terjadi di Dua Wilayah Ini pada September
ERA.id - Epidemolog dari Griffith University, Dicky Budiman memprediksi lonjakan kasus positif COVID-19 bakal terjadi di luar Pulau Jawa-Bali, tepatnya di Pulau Sumatera dan Nusa Tenggara pada September 2021.
Sementera itu, kasus COVID-19 di Pulau Jawa-Bali akan melandai paling cepat pada Agustus 2021.
Prediksinya itu berdasarkan kajian epidemilogis dan pengamatan penyebaran COVID-19 varian Delta di seluruh wilayah di Indonesia. Selain itu, juga risiko geografis Indonesia yang merupakan negara kepulan yang besar.
"Nanti akhir Agustus atau paling lambat akhir September melandai (kasus COVID-19 di Pulau Jawa-Bali), nah ini kita akan menghadapi potensi krisis lain yaitu di luar Jawa, dalam waktu dekat adalah Sumatera dan NTB-NTT," ujar Dicky saat dihubungi ERA.id, Senin (9/8/2021).
Menurut Dicky, lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia akan bergerak secara estafet. Setelah kasus positif virus Corona di provinsi-provinsi di Pulau Jawa-Bali melandai, maka lonjakan akan merambat ke daerah-daerah yang paling berdekatan yaitu Sumatera dan NTB-NTT.
Setelah Sumatera dan NTB-NTT, kata Dicky, lonjakan kasus akan terlihat di Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.
"Dan itu yang akan dialami dalam waktu dekat oleh Sumatera, NTT-NTB yang dekat dengan Pulau Jawa-Bali, nanti berikut Kalimantan, Sulawesi, Papua," kata Dicky.
Dicky mengatakan prediksinya itu merupakan peringatan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memperkuat strategi-strategi penanganan pandemi COVID-19. Dia menekankan, ada tiga strategi yang bisa dilakukan pemerintah.
Pertama, memperkuat 3T (testing, tracing, treatment). Dicky menilai, selama ini pemerintah masih kurang maksimal melakukan 3T, misalnya di wilayah NTT, sejak awal pandemi terjadi, tes COVID-19 tidak sesuai dengan skala penduduk maupun eskalasi pandemi.
"Ini yang akan berpotensi menyimpan bom waktu wabah," kata dia.
Kedua, masyarakat menerapkan protokol 5M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Ketiga, mempercepat program vaksinasi nasional.
"Karena masa krisis belum berakhir karena ini sedang bergerak di pedesaan, di kampung-kampung kita lihat dari angka kematian yang banyak dan di tengah minimnya 3T, 5M dan vaksinasi di pedesaan," tegas Dicky.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyoroti lonjakan kasus positif COVID-19 di daerah-daerah luar Jawa-Bali. Lonjakan tersebut, menurutnya terjadi dalam dua pekan terakhir.
Hal itu disampaikan saat Jokowi memimpin rapat rapat evaluasi perkembangan dan tindak lanjut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 pada Sabtu (7/8).
"Di catatan saya 25 Juli, (provinsi) di luar Jawa-Bali berkontribusi 13.200 kasus atau 34 persen dari kasus baru secara nasional. Tetapi lihat per 1 Agustus naik menjadi_13.589 atau 44 persen dan 6 Agustus 2021 naik lagi ke angka 21.374 kasus, ini sudah 54 persen dari total kasus baru secara nasional," tegas Jokowi seperti dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden pada Minggu (8/8/2021).
Jokowi mengatakan ada lima provinsi yang menjadi perhatiannya. Di antaranya yaitu Kalimatan Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Papua.
Kelima provinsi tersebut mengalami lonjakan kasus harian tinggi dalam beberapa waktu terakhir.
Misalnya, per Kamis (5/8) tercatat kasus aktif di Kalimantan Timur mencapai 22.529 kasus, Sumatera Utara sebanyak 21.876 kasus, Papua sebanyak 14.989 kasus, Sumatera Barat sebanyak 14.496 kasus, dan Riau sebanyak 13.958 kasus.
Kemudian pada Jumat (6/8), tiga dari lima provinsi tersebut kembali mencatat kenaikan angka kasus COVID-19 harian. Angka kasus aktif di Sumatera Utara naik menjadi 22.892 kasus, Riau naik menjadi 14.993 kasus aktif, Sumatera Barat naik menjadi 14.712 kasus aktif
"Yang turun dua hari kemarin Kalimantan Timur dan Papua. Tapi hati-hati, ini (angka kasus COVID-19) naik dan turun," kata Jokowi.