Taliban Sebut Tugas Wanita Melahirkan, Tak Bakal Diangkat Jadi Menteri
ERA.id - Juru bicara Taliban Sayed Zekrullah Hashimi menutup harapan adanya menteri perempuan dalam kabinet baru Afghanistan. Menurut Hashimi, tugas kaum perempuan sebaiknya fokus pada urusan melahirkan dan membesarkan anak.
Melansir Independent, (11/9/2021), Hashimi menyatakan hal tersebut pada media televisi TOLO News. Selain menyebut wanita tak akan bertugas dalam pemerintahan, ia juga menyebut konsep 'menteri wanita' sama hinanya seperti "prostitusi".
Masih menurut Hashimi, memberikan tugas pemerintahan pada wanita sama halnya "memberi beban yang tak mampu mereka topang".
"Selama 20 tahun terakhir, ini disampaikan disampaikan oleh media, Amerika Serikat, dan pemerintahan bonekanya di Afghanistan, apa tidak berbeda dengan merekrut wanita bayaran ke kantor?" sebut Hashimi.
Ia menggarisbawahi bahwa empat wanita yang ikut berunjuk rasa di jalanan - memprotes kabinet buatan Taliban yang kesemua pejabatnya laki-laki - tidak mewakili para wanita Afghanistan.
"Wanita Afghanistan itu adalah yang melahirkan orang-orang Afghanistan, mendidik mereka seturut etika Islami. Apapun yang dilakukan wanita, ia tak sanggup mengerjakan tugas kementerian. Anda membebankan pada diri mereka beban yang tak bisa mereka bawa," ucapnya.
Sejak berkuasa kembali, Taliban telah menyatakan tidak bakal mempraktekkan cara-cara keras khas rezim lama Taliban dari era 1996 hingga 2001. Namun, ucapan tersebut masih perlu banyak pembuktian. Bulan ini saja Taliban menyatakan bahwa laki-laki dan wanita Afghanistan tak boleh lagi berada dalam satu ruangan yang sama di sekolah maupun universitas.
Sejumlah laporan juga menunjukkan bagaimana Taliban bersikap kasar terhadap demonstran hingga jurnalis. Sementara itu, hukuman fisik diberikan di jalanan, sementara kaum perempuan dilarang bermain olahraga, seperti diberitakan Independent.
Lebih dari 200 hakim perempuan kini dalam persembunyian, sebut koran Inggris yang sama. Mereka takut pada risiko dibunuh, terutama setelah Taliban baru-baru ini membebaskan ribuan narapidana, termasuk sejumlah teroris dan anggota kelompok al-Qaeda.