84 Siswa dan Guru di Jabar Positif COVID-19 usai PTM, FAGI Jabar Minta Tes Acak Ditingkatkan

ERA.id - Jumlah siswa dan guru di Kota Bandung yang terpapar COVID-19 bertambah menjadi 84 orang, angka ini berasal dari tes usap yang dilakukan oleh Pemkot Bandung sebagai sampling.

Melihat bertambahnya COVID-19 tersebut, Ketua Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) Jawa Barat, Iwan Hermawan meminta agar pemerintah jangan hanya melakukan tes secara sampel, tapi juga perlu dilakukan tes untuk seluruh siswa dan guru yang melaksanakan PTM.

"Saya minta Pemkot Bandung, segera tangani masalah ini, karena kita melihat pada sampel jumlah yang positif itu lebih banyak, terdiri dari 30 siswa, 1 guru dan 2 tata usaha, itu berarti ada kemungkinan besar, siswa atau guru atau lain yang diluar sampel memiliki peluang terpapar COVID-19, untuk itu diperlukan tes secara mengeluruh, dimana skalanya lebih luas," jelas Iwan saat dihubungi wartawan, Senin (25/10).

Dirinya menduga, kalau yang terpapar perlu ditelusuri, melihat kelonggaran aturan di Bandung telah terealisasi.

"Kalau hanya mengandalkan sampel, ada banyak sekolah juga kan yang tidak dijadikan sampel, apabila ini diabaikan penyebaran COVID-19 akan semakin luas, untuk itu saya minta Disdik dan Dinkes mulai agresif lakukan tes kepada siswa dan guru yang ada di Kota Bandung," tambah Iwan.

Pemerintah Kota Bandung, melakukan tes usap secara acak kepada 2.511 yang terdiri dari siswa, guru dan staff. Baginya, jumlah sampel masih jauh dari skala siswa-siswa yang ada di Bandung.

"Yang ketahuan, 84 orang positif, sedangkan masih sekitar 864 hasil tes yang belum keluar, tentu ini harus dilakukan antisipasi yang cepat," tegas Iwan.

Langkah pertama yang bisa menjadi solusi, lanjutnya. Iwan menyampaikan lebih baik ke sistem pembelajaran sebelumnya yaitu secara daring, pasalnya ini bertujuan untuk memutus rantai penyebaran pada klasters sekolah di masa PTMT, setidaknya dihentikan selama 14 hari sampai hasil tes keluar semua.

"Saya setuju apa yang dikatakan bapak Sekda Kota Bandungm dimana kita harus kembali lagi PJJ, ini mengurangi potensi interaksi antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa lainnya," jelasnya.