Pasca Bom Surabaya, Penjagaan di KPK Diperketat
Pantauan era.id, dua petugas memeriksa semua pengunjung yang akan masuk ke KPK. Pemeriksaan dilakukan menyeluruh, mulai dari tas hingga jaket dan barang yang dibawa. Instruksi pemeriksaan ini diperintahkan langsung Kabag Pengamanan KPK Kolonel Abdul Djalil Marzuki.
"Harus diperiksa untuk tas mulai dari sini. Tasnya dibuka. Pakai jaket, jaketnya juga dibuka," kata petugas wanita yang merupakan Pamdal KPK, Senin (14/5/2018).
Baca Juga : Teror Bom di Jawa Timur
Sementara itu seorang petugas lainnya memegang metal detector. Dia bertugas menyisir benda hingga pakaian yang dikenakan pengunjung yang hendak masuk.
“Ya intinya sih kita lebih ini saja, antisipasi, karena terjadi banyak kejadian kan. Jadi kita anstipasi lebih awal. Titik awalnya kan di sini. Kalau titik awal lolos kan kesananya (ke dalam) nanti (aman),” jelas petugas lainnya.
Tak hanya itu, pemeriksaan juga berlaku di pintu masuk ruangan. Tamu yang hendak masuk di tiga pintu depan KPK juga harus melewati X-ray.
Ledakan bom kembali terjadi di Mapolrestabes Surabaya pada Senin (14/5) pagi. Selain itu, bom juga meledak di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5), dengan korban meninggal dunia hingga Senin pagi mencapai 17 orang. Kemudian pada Senin malam, kembali terjadi bom bunuh diri di Rusun Wonocolo, Jalan Husein Idris, Wonocolo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur
Baca Juga: Kenapa Surabaya Jadi Target Serangan Bom Teroris?
Pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya adalah satu keluarga, Dita Oepriarto dan Puji Kuswati yang merupakan pasangan suami istri dan melibatkan empat anaknya. Dua anak perempuan mereka, FR dan FS, masing-masing diketahui masih berusia delapan dan 12 tahun, sedangkan dua anak lelaki mereka, YF dan FH diketahui berusia 17 dan 15 tahun. Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Dita adalah pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Jawa Timur.