Musim Hujan Tiba, Mari Mengenang Banjir Bandang di Luwu Utara dan Kritik Warga ke Bupati Indah

ERA.id - Beberapa daerah di Sulawesi Selatan sudah terendam banjir karena hujan terus mengguyur, dari hari ke hari. Seperti yang terjadi Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Dalam catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 500 hektare sawah terendam. Sangat luas.

Diinformasikan, air merusak sawah tersebut sejak Minggu (28/11) pukul 02.00 WITA. Itu dibenarkan Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.

Kabarnya, banjir itu terjadi karena Sungai Rongkong terus meluap. "Hasil pendataan BPBD setempat pada hari ini, Selasa (30/11), pukul 06.00 WIB, mencatat sawah warga seluas 500 hektare terdampak banjir tersebut," kata Abdul beberapa waktu lalu.

Diketahui, banjir dengan tinggi muka air berkisar 20-100 sentimeter itu, bikin 1.046 jiwa yang tersebar di Desa Taroborok di Kecamatan Baebunta dan Desa Lembang-Lembang di Kecamatan Baebunta Selatan, menderita.

Selain itu, tercatat 317 unit terendam, tempat ibadah 5 unit, sarana Pendidikan 2 unit, kantor desa 1 unit, posyandu 1 unit, serta akses jalan tergenang 20 hingga 30 cm.

"Sedangkan infrastruktur drainase rusak berat sebanyak 1 unit," ujarnya.

Adapun banjir kini diakui mulai surut, meski begitu Abdul tetap mengimbau warga untuk tetap waspada. Apalagi BMKG memprediksi potensi hujan masih ada.

Warga bikin kuburan

Luwu Utara tampaknya makin akrab dengan air bah, usai insiden banjir pada Juli 2020 silam, bikin banyak warga merasakan kesedihan yang mendalam.

Dalam catatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), banjir bandang dan tanah longsor di Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, bikin puluhan warga meninggal dunia dan ratusan orang luka serta belasan ribu orang mengungsi dan kehilangan harta benda.

Sebab itu, beragam komentar orang-orang mengirim belasungkawa.

Walau dampak bencana sudah dibereskan Pemkab Luwu Utara yang diawaki Indah Putri Indriani perlahan-lahan, ternyata masih ada warga yang tetap mengenangnya.

Caranya? Ya, dengan membuat gundukan menyerupai kuburan. Di atas tanah tersebut, ditancapkan bendera putih.

Melalui video yang dilhat ERA.id yang diunggah pada Oktober silam, terpampang pula spanduk protes di sekitar kuburan 'mainan' tersebut.

Ada yang meminta normalisasi sungai, keluhan dihantui banjir, dan menyebut Masamba seperti kota mati.

Dalam video tersebut, tampak ada enam gundukan menyerupai kuburan. Setiap gundukan disematkan batu besar semacam nisan disertai bendera putih.

Adapun pengunggah menuliskan, "KUBURAN KOTA MASAMBA LUWU UTARA KOTA MATI," disertai keterangan lokasi Pasar Lama Masamba.

Protes ada benarnya, jangan dianggap sentimen. Dari berbagai sumber yang ditelusuri ERA.id, ditemukan bahwa ada pembukaan lahan di hulu DAS Balease dan penggunaan lahan masif berupa perkebunan sawit.

Tak hanya itu, ada penurunan hutan primer sekitar 29.000 hektare di Luwu Utara, peningkatan pertanian lahan basah sekitar 10.595 hektar, dan lahan perkebunan sekitar 2.261 hektar.

Tak cuma itu, ditemukan pula banyak titik-titik longsor di hulu sungai Rongkong, Radda dan Masamba.

Atas kejadian dan analisis berbagai pihak, Bupati Indah memfokuskan dirinya dalam memperhatikan lingkungan di berbagai daerah di Lutra. Jangan sampai banjir bandang terulang lagi. Semoga.