Mama Emi dan Berbagai Persoalan NTT
Calon Wakil Gubernur dari PDI Perjuangan (PDIP) Emilia J Nomleni barangkali jadi titik harapan itu. Dalam sebuah diskusi cagub-cawagub di Jakarta beberapa waktu lalu, perempuan yang akrab disapa Mama Emi ini mengundang kekaguman Bambang Widjojanto yang duduk sebagai panelis.
Dari kursi panelis, Bambang memberikan sejumlah pertanyaan yang mampu dijawab dengan baik oleh Mama Emi. Pujian pun terlontar. Malah Bambang menyampaikan juga doanya untuk Mama Emi dan NTT.
"Setelah mendengar uraian program Ibu (Mama Emi) panjang lebar, saya bisa memastikan bahwa NTT bukan lagi menjadi (akronim) 'Nanti Tuhan Tolong', tapi akan menjadi PTT 'Pasti Tuhan Tolong,'" kata Bambang.
Dalam diskusi itu, Bambang sempat menanyakan mengenai permasalahan kasus perdagangan manusia (human trafficking) yang terjadi di NTT. Human trafficking sendiri bukan perkara lama di NTT. Pada 2014 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan sempat menyebut NTT darurat human trafficking.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Emi mengakui kasus human trafficking di NTT saat ini memang melonjak drastis. Penyebabnya, kata Emi adalah rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya angka serapan tenaga kerja di NTT. Karenanya, Emi menyebut akan memprioritaskan persoalan tersebut andai terpilih menjadi pemimpin NTT pada 2019 nanti.
Selain pendidikan dan tingginya pengangguran, Mama Emi menyebut alur birokrasi yang terlalu penjang dan rumit sebagai penyebab maraknya human trafficking di NTT. Kata Emi, keinginan masyarakat yang tinggi untuk menjadi TKI tak didukung dengan perizinan yang mudah dan memadai. Karenanya, banyak dari calon TKI yang akhirnya memilih jalur-jalur ilegal untuk berangkat ke negara-negara tujuan.
Baca Juga : Mama Emi Cawagub NTT Katakan Tidak untuk Terorisme
"Memang kita tidak bisa melarang orang mencari kerja. Makanya banyak yang mencari kerja sendiri. Namun, perlu kita lihat. Yang ilegal, yang kemudian dikatakan human trafficking, bisa terjadi karena urusan birokrasi dan administrasi yang panjang ... Kami akan membenahi birokrasi ini, sehingga masyarakat bisa lebih cepat mengurus surat-surat,” ujar Emi.
Mama Emi menambahkan, masyarakat juga perlu dibekali dengan skill dan kemampuan yang memadai untuk mengatasi permasalahan human trafficking. Harapannya, saat mereka diberangkatkan, mereka telah memiliki bekal untuk langsung bekerja sebagai tenaga profesional. Dengan begitu, risiko-risiko berupa kekerasan dan pelecehan dapat diminimalisir.
"Ini kita bicara soal migrasi aman. Selain birokrasi diperpendek, soal skill juga diperhatikan. Untuk itu akan ada pelatihan. Sehingga ketika mereka keluar, mereka bisa aman, selain karena ada dokumen, tapi juga karena ada keahlian," jelasnya.
Baca Juga : May PDIP Be With You, Mama Emi
Dalam diskusi itu, Mama Emi tak hanya disodorkan pertanyaan mengenai human trafficking, namun juga pertanyaan-pertanyaan lain. Salah satunya persoalan ketersediaan air di NTT. Untuk menangani persoalan itu, Mama Emi akan membangun embung-embung yang nantinya digunakan untuk menampung air selama musim penghujan.
Air-air yang telah ditampung itu nantinya akan didistribusikan dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat di kala musim kemarau. "Kalau di Kota Kupang, persoalan air ini sudah bisa teratasi. Namun di desa-desa, masih harus ada upaya lebih jauh. Salah satu yang akan kami lakukan adalah membangun embung-embung untuk menyimpan air agar bisa digunakan dalam waktu yang lama," imbuh Emi.
"Kami bersyukur karena sekitar tujuh bendungan dibangun pemerintah pusat di NTT. Kami akan tambahkan lagi dengan embung-embung, agar masalah air bisa diatasi," tambahnya.