Sekolah hingga Mimbar Harus Bersih dari Ideologi Terorisme

Jakarta, era.id - Aksi terorisme yang telah terjadi di Surabaya, Jawa Timur, pekan lalu membunyikan alarm bahaya. Ideologi terorisme sudah masuk hingga ke keluarga.

"Ini menjadi sebuah peringatan kepada kita semuanya, menjadi wake up call betapa keluarga telah menjadi target indoktrinasi ideologi terorisme," kata Presiden Jokowi di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Jokowi berbicara dalam Rapat Terbatas (Ratas) tentang Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme. Rapat ini dihadiri juga Wapres Jusuf Kalla, Menko Polhukam Wiranto, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko Kemaritiman Luhut B Pandjaitan, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menteri Hukum dan HAM Yasonna M Laoly, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Kepala BIN Budi Gunawan, hingga Kepala BNPT Suhardi Alius.

Baca juga: 9.500 Situs Radikalisme Siap Diblokir

Baca juga: Jangan Sampai Napi Umum 'Dikecapin' Teroris

Serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya pekan lalu memang mengikutsertakan bocah-bocah sebagai pelaku. Dikomandoi Dita Oepriarto dan istrinya, empat anaknya ikut dibawa dalam aksi keji itu. Dua malah masih di bawah umur. Sehari berselang, giliran Mapolrestabes Surabaya yang diserang. Dan lagi-lagi dilakoni satu keluarga, termasuk anak di bawah umur. Beruntung anak tersebut selamat karena terpental saat bom meledak.

Bagi Jokowi, pendekatan hard power yang lebih mengedepankan tindakan pencegahan sebelum aksi teror dilakukan masih sangat diperlukan. Tetapi belum cukup untuk mencegah terjadinya aksi terorisme. Presiden Jokowi meminta agar pendekatan hard power dan soft power ini dipadukan supaya penanggulangan terorisme bisa berjalan jauh lebih efektif.

"Sudah saatnya kita juga menyeimbangkan dengan pendekatan soft power," kata Jokowi.

Pendekatan soft power yang dilakukan bukan hanya dengan memperkuat program deradikalisasi kepada mantan napi teroris. Tapi jangan lupakan juga lembaga-lembaga, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, SMK, Perguruan Tinggi, dan ruang-ruang publik, mimbar-mimbar umum dari ajaran-ajaran ideologi terorisme.

Teroris adalah kejahatan luar biasa

Jokowi juga menegaskan, terorisme adalah kejahatan luar biasa terhadap negara dan kemanusiaan. Hampir semua negara di dunia menghadapi ancaman kejahatan terorisme ini.

"Ancaman terorisme bukan hanya terjadi di negara-negara yang sedang dilanda konflik, tapi juga di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, di Uni Eropa juga sedang menghadapi ancaman yang sama," jelas Jokowi.

Baca juga: Jejak Digital Paham Teroris di Dunia Maya

Karena kejahatan yang luar biasa, maka terorisme juga harus dihadapi dengan cara-cara yang tidak biasa. Salah satu yang sudah disiapkan adalah mengaktifkan lagi Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) TNI. Supaya kamu tahu, inilah pasukan paling elite yang dimiliki TNI. Mereka yang terpilih adalah prajurit terbaik dari tiga matra, Laut, Udara dan Darat. Koopssusgab diresmikan pertama kali pada 9 Juni 2015 silam. Saat itu Panglima TNI masih dijabat oleh Moeldoko.

Koopssusgab saat itu disiagakan di wilayah Sentul, Jawa Barat, sehingga bisa setiap saat diterjunkan dalam proses penanggulangan antiteror. Jumlahnya personelnya pun sangat terbatas, cuma 90 orang. Diambil dari prajurit terbaik Sat-81 Gultor Komando TNI AD, Detasemen Jalamangkara TNI AL, dan Satbravo 90 Komando Pasukan Khas TNI AU.

Tag: ruu anti-terorisme teroris bom surabaya