Tahu Enggak, Ternyata Arab Saudi dan Thailand Pernah Gak Saling Omong Gara-Gara Perhiasan
ERA.id - Dua negara yakni Arab Saudi dan Thailand pernah berseteru. Mereka tak berperang, tapi saling diam-diaman alias tak berbicara satu sama lain.
Tentunya kondisi ini tak sehat. Namun mau bagaimana lagi kalau keduanya sama-sama jengkel.
Pemicunya berawal dari pencurian berlian di istana pangeran Saudi, Faisal bin Fahd pada 1989, yang dilakukan pekerja migran Thailand, Kriangkrai Techmong.
Harga berlian itu tak main-main, senilai US$20 juta atau setara Rp286 miliar hari ini. Angka fantastis seperti itu, kira-kira bisa bikin berapa warteg ya?
Usai mencuri, Kriangkrai langsung terbang ke Thailand. Di sana, ia sempat menjual berlian milik pangeran Arab itu.
Akhirnya, polisi Thailand mencium gerak Kriangkrai. Ia pun ditangkap pada 1990. Saat ditangkap, Kriangkrai dipenjara lima tahun penjara.
Mengutip laporan Thai Inquirier, polisi yang menangkap Kirangkrai, Letnan Jenderl Chalor Kerdthes, berjanji akan mengembalikan semua berlian curian itu.
Janji tersebut lantas didengar Pangeran Faisal. Ia kemudian meminta agar berlian tersebut dikembalikan ke tangannya.
Janji itu ditepati. Namun menurut Saudi, semua berlian yang diterimanya itu palsu. Polisi pun langsung menyalahkan tunangan Kriangkrai, Santi Srithankan.
Ia diduga memberi polisi barang bukti yang palsu. Santi membalas, ia membantah tudingan itu. Media akhirnya banyak menduga polisilah yang menjadi otak pengiriman berlian palsu itu.
Setelah heboh, pada 1991 di tahun yang sama, Riyadh mengutus pengusaha untuk menginvestigasi kasus hilangnya perhiasan raja.
Namun, ia menghilang usai tiga diplomat Saudi ditembak mati di Bangkok. Ketiga kasus itu pun seperti terkubur hidup-hidup.
Tiga tahun berselang, 1994, Chalor dan timnya menculik Santi dan anaknya demi mengungkap kasus hilangnya berlian Pangeran Faisal. merasa tak ada info baru, Chalor membunuh istri dan putra Kriangkrai.
Pembunuhan itu tercium pula oleh polisi. Chalor ditangkap. Ia dihukum mati pada 2009, tetapi diampuni kerajaan dan hukumannya hukumannya berkurang lima puluh tahun. Dia bebas setelah menghabiskan 19 tahun hidup dalam penjara.
Sebab kasus pembunuhan diplomat dan pencurian tak kunjung terkuak, hubungan Arab Saudi dan Thailand pun memanas. Saudi tak mengirim duta besar ke Bangkok. Mereka juga melarang penerbangan kedua negara tersebut.
Thailand pun berinisiatif, sebaiknya mereka memperbaiki hubungan demi meningkatkan industri pariwisata dan memperluas kesempatan kerja bagi pekerja mereka di luar negeri.
Hasilnya, Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-o-chan berkunjung ke Arab Saudi, Selasa (25/1/2022) kemarin. Ia diterima dengan baik oleh Pangeran Mohammed bin Salman. Semoga dari pertemuan mereka, hubungan bilateral kedua negara makin membaik.
Menurut pernyataan bersama pada Selasa, dikutip dari Reuters, Prayuth menyatakan "secara tulus menyesalkan adanya kejadian tragis itu di Thailand antara 1989 dan 1990". Prayuth menyatakan pemerintahnya siap "membawa kasus kepada otoritas terkait jika ada bukti baru yang relevan".