Kera Sakti dan Ajaran Buddha
Tom Sam Cong dan kisahnya mencari kitab suci ke barat sejatinya benar terjadi dan tercatat dalam sejarah peradaban agama Buddha. Tom Sam Cong adalah tokoh rekaan dari Xun Zang, seorang biksu suci yang ditakdirkan untuk mencari kitab suci.
Berbeda dengan kisah yang diceritakan dalam serial Kera Sakti, di mana perjalanan Xun Zang ditemani oleh tiga orang murid --Sun Go Kong, Chu Pa-Chieh, dan Sha Ho-shang, dalam perjalanan Xun Zang yang sesungguhnya, ia menempuh seluruh perjalanan itu seorang diri.
Dikutip dari samaggi-phala.or.id, perjalanan Xun Zang ke barat, yakni India, dikisahkan dalam karya sastra kuno berjudul Catatan Perjalanan ke Barat (His-yu-chi) yang ditulis oleh Wu Ch'eng-en (1500-1582), sastrawan masyhur di zaman Dinasti Ming (1368-1644).
Catatan Perjalanan ke Barat tercatat dalam seratus bab, yang dibagi atas tiga bagian utama. Di bagian pertama yang terdiri dari tujuh bab, diceritakan bagaimana Sun Go Kong lahir dari sebutir telur batu. Sun Go Kong lahir sebagai makhluk dengan kekuatan yang begitu hebat.
Saking hebatnya, kekuatan Sun Go Kong begitu tak terbendung, termasuk oleh dirinya sendiri. Sun Go Kong, pada suatu waktu pernah mengacaukan kayangan, hingga Buddha menurunkannya dari kayangan dan menghukumnya dengan kurungan di dalam Wu-hsing-shan, sebuah gunung dengan lima unsur alam.
Takdir yang mengikat Sun Go Kong dan Xun Zang dimulai dari sana. Sesuai takdir yang digariskan kepadanya, Sun Go Kong hanya bisa dibebaskan oleh seorang biksu yang ditakdirkan untuk melakukan perjalanan ke barat untuk mencari kitab suci, yakni Xun Zang.
Di bagian kedua yang berisi lima bab, diceritakan bagaimana tugas pencarian kitab suci itu akhirnya diturunkan kepada Xun Zang. Sedang pada bagian ketiga yang berisi 88 bab, Wu Ch'eng-en menceritakan keseluruhan dari perjalanan Xun Zang dan tiga muridnya, Sun Go Kong, Chu Pa-Chieh, dan Sha Ho-shang.
Kisah perjalanan Xun Zang mencari kitab suci itu kemudian dikenal dengan Legenda Kera Sakti, setelah diterbitkan dalam bentuk novel pada tahun 1592, sepuluh tahun setelah kematian Wu Ch'eng-en.