Kera Sakti dan Ajaran Buddha

| 29 May 2018 19:36
Kera Sakti dan Ajaran Buddha
Journey to The West (Sumber: The World of Chinese)
Jakarta, era.id - Kamu yang hidup di era 90-an pasti enggak asing dengan kisah kera sakti. Kera Sakti adalah judul sebuah serial televisi yang mengangkat kisah Tom Sam Cong, seorang biksu yang memiliki misi untuk mencari kitab suci ke barat.

Tom Sam Cong dan kisahnya mencari kitab suci ke barat sejatinya benar terjadi dan tercatat dalam sejarah peradaban agama Buddha. Tom Sam Cong adalah tokoh rekaan dari Xun Zang, seorang biksu suci yang ditakdirkan untuk mencari kitab suci.

Berbeda dengan kisah yang diceritakan dalam serial Kera Sakti, di mana perjalanan Xun Zang ditemani oleh tiga orang murid --Sun Go Kong, Chu Pa-Chieh, dan Sha Ho-shang, dalam perjalanan Xun Zang yang sesungguhnya, ia menempuh seluruh perjalanan itu seorang diri.

Dikutip dari samaggi-phala.or.id, perjalanan Xun Zang ke barat, yakni India, dikisahkan dalam karya sastra kuno berjudul Catatan Perjalanan ke Barat (His-yu-chi) yang ditulis oleh Wu Ch'eng-en (1500-1582), sastrawan masyhur di zaman Dinasti Ming (1368-1644).

Catatan Perjalanan ke Barat tercatat dalam seratus bab, yang dibagi atas tiga bagian utama. Di bagian pertama yang terdiri dari tujuh bab, diceritakan bagaimana Sun Go Kong lahir dari sebutir telur batu. Sun Go Kong lahir sebagai makhluk dengan kekuatan yang begitu hebat.

Saking hebatnya, kekuatan Sun Go Kong begitu tak terbendung, termasuk oleh dirinya sendiri. Sun Go Kong, pada suatu waktu pernah mengacaukan kayangan, hingga Buddha menurunkannya dari kayangan dan menghukumnya dengan kurungan di dalam Wu-hsing-shan, sebuah gunung dengan lima unsur alam.

Takdir yang mengikat Sun Go Kong dan Xun Zang dimulai dari sana. Sesuai takdir yang digariskan kepadanya, Sun Go Kong hanya bisa dibebaskan oleh seorang biksu yang ditakdirkan untuk melakukan perjalanan ke barat untuk mencari kitab suci, yakni Xun Zang.

Di bagian kedua yang berisi lima bab, diceritakan bagaimana tugas pencarian kitab suci itu akhirnya diturunkan kepada Xun Zang. Sedang pada bagian ketiga yang berisi 88 bab, Wu Ch'eng-en menceritakan keseluruhan dari perjalanan Xun Zang dan tiga muridnya, Sun Go Kong, Chu Pa-Chieh, dan Sha Ho-shang.

Kisah perjalanan Xun Zang mencari kitab suci itu kemudian dikenal dengan Legenda Kera Sakti, setelah diterbitkan dalam bentuk novel pada tahun 1592, sepuluh tahun setelah kematian Wu Ch'eng-en.

 

Ajaran Buddha

Catatan Perjalanan ke Barat ini merupakan salah satu karya sastra paling penting dalam peradaban agama Buddha, kira-kira seperti epik Mahabharata atau Ramayana dalam agama Hindu. Catatan perjalanan ke Barat berhasil menggambarkan ajaran darma Buddha yang dahulu sulit dimengerti menjadi sangat mudah dicerna oleh rakyat di China ketika itu.

Bagaimana Xun Zang dan tiga muridnya melewati berbagai kesulitan dan rintangan dalam perjalanan mereka mencari kitab suci jadi gambaran paling relevan untuk mengantarkan ajaran Buddha kepada masyarakat China kala itu. Selain perjalanannya, setiap tokoh di kisah ini merupakan gambaran dari sifat-sifat dasar manusia.

Sun Go Kong misalnya, yang merefleksikan sifat liar, sombong, egois, dan keras kepala dari seorang manusia. Lalu, Chu Pa-chieh yang selalu diliputi nafsu, keserakahan, dan kesembronoan. Selain itu, ada juga refleksi karakter manusia dengan kebodohan batin, lemah, rapuh, dan selalu butuh pertolongan yang disematkan dalam tokoh Sha Ho-shang.

Sedangkan Xun Zang sendiri digambarkan sebagai akal budi manusia, yang menjaga setiap manusia tetap sadar dan berbakti di jalan darma Buddha. Bukan hanya ketokohannya, dalam Catatan Perjalanan ke Barat, Xun Zang memiliki sebuah jubah yang merupakan simbol perlindungan kesucian dari sifat-sifat dasar manusia.

Jadi, kamu lebih mirip siapa, nih?! Sun Go Kong, Chu Pa-chieh, atau Sha Ho-shang?!

Tags : buddha waisak
Rekomendasi