Bercita Rasa Magis, Restoran di Desa Canggu Bali Persembahkan Aneka Menu dari Berbagai Negara dan Latar Budaya
ERA.id - Desa pesisir Canggu saat ini mencerminkan gaya hidup lintas budaya Bali dengan komunitas yang berkembang cepat dari berbagai negara dan latar belakang. Restoran baru, bar, dan club buka di sana sini, dan banyak orang memilih kawasan seruini sebagai tempat untuk menikmati hidup mereka.
Santanera yang baru dibuka, dan terletak ditengah-tengah Canggu, ingin meramaikan kawasan keberagaman terbaru di Bali ini. Dibuka sejak 18 November tahun lalu, gedung berlantai tiga ini adalah campuran dari perwakilan budaya, dari lampu gantung dengan pengaruh Persia, mural bergambar dewi serta simbol lainnya, sebuah tangga melingkar yang menuju taman di atap, dan tentunya, makanan dan minuman mereka.
Digagas oleh Andres Becerra dan German Rincon, dua penikmat kuliner dari Kolombia, hidangan Santanera bagaikan surat cinta yang merayakan cita rasa Amerika Latin, pengaruh Eropa, dengan bahan lokal.
Nama Santanera sendiri diambil dari orang sucikaum Gypsy - atau di dunia modern ini, para pengembara dari berbagai negara dan latar belakang. Singkatnya, Santanera tidak hanya berharap orang menikmati makanan dan minumannya, namun juga suasana yang ada.
Gabriel Steinberger yang bertanggungjawab untuk bar danminuman di Santanera mengatakan bahwa minuman koktail di Santanera dipilih secara cermat memperhatikan dari negara mana bahan-bahannya berasal.
Sebagai pelancong yang kerap menjelajahi Asia Tenggara, Asia Tengah, Eropa, dan Australia, Gabriel yang mengawali karier di bidang hospitality sebagai pelayan di Paris saat berumur 19 tahun, melihat pentingnya merayakan hubungan antar-budaya - bahkan melalui minuman.
“Kami mencoba mencampur koktail yang mengingatkan orang pada negara tertentu. Ini juga termasuk bagi pelancong yang kangen dengan sesuatu dari negara asalnya,“ jelas Gabriel.
Salah satu menu di Santanera (Dok. Santanera)
Beberapa koktail, seperti dijelaskanoleh Gabriel, mewakili kenangan dan imajinasi tertentu yang menyatukan mimpi dan kenyataan dengan gaya hidup dan seni. Sebagai contoh, Gabriel menyebut koktail andalan yang paling laris di Santanera, Ambrosia, dengan campuran dry gin dan berbasis absinthe liqueur.
“Saat berpikir mengenai minuman ini, saya membayangkan hari yang berkabut di London saat seorang penyair sedang menulis karyanya dan melihat suasana lewat jendela,” ungkapnya, menunjuk absinthe sebagai minuman para penulis.
Menariknya, walaupun mampu menyajikan berbagai profil cita rasa kepada orang berbeda, Gabriel menjelaskan bahwa penting bagi Santanera untuk menggunakan bahan lokal sebanyak mungkin.
“Picante 37 adalah minuman laris lainnya dengan campuran Tamarillo, yang dapat ditemukan di Colombia, tapi juga tersedia di Bali. Jika Anda warga Kolumbia yang berlibur di Bali, ini hal yang bakal jadi perhatian,” Gabriel menambahkan.
Santanera saat ini melengkapi daftar minuman wine-nyauntuk memenuhi kebutuhan para penikmat wine, pemula, maupun peminum wine yang santai.
“Umumnya orang akan memilih wine yang mereka kenal karena kurang risikonya, terutama jika membeli satu botol. Kami ingin mendorong mereka menemukan sesuatu yang belum mereka ketahui, namun mungkin akan suka, dengan menyediakan minuman new wine per gelas,” jelasnya.
Pendekatan koleksi minuman wine dengen pendekatan global kini hadir dari Argentinia, Italia, Prancis, Spanyol, Chile, dan Jerman, sementara terus mencari negara asal lainnya untuk disediakan.
Demikian dengan menu makanan Santanera juga berusaha untuk membawa hidangan dari berbagai penjuru dunia dengan sajian terbaik. Diutamakan penggunaan bahan organik, langsung dari pertanian, di mana semua bahan telah diolah dan disempurnakan untuk menciptakan tapas kontemporer untuk dicicipi, dimakan, dan dibagi. Bahan nikmat segar dari darat dan laut yang diasap, diayak, dimarinade, atau dibakar diolah kembali menjadi hidangan dari Amerika Latin, Eropa, Mediterania, dan lainnya.
Salah satu hidangan utama di Santanera adalah beef tenderloin, yang sudah tersedia sejak saat pembukaan pada 18 November. Terinspirasi dari hidangan tradisional Kolumbia bernama ‘Lomo al trapo’, tenderloin ini dibungkus dalam selembar kain yang telah direndam dalam bir. Steak ini kemudian diletakkan langsung di atas bara untuk sekitar 8 menit.
“Hidangan ini memiliki hubungan emosional yang kuat bagi kami, karena merupakan cara orang tua kami memasak daging sapi untuk keluarga pada hari Minggu,” ungkap German yang berasal dari Kolumbia.
Penggemar yang manis-manis akan menikmati granita strawberry dan cokelat putih di Santanera, yang terinspirasi dari jajanan tradisional Kolumbia bernama fresas con crema dan biasanya dijual di jalanan Bogota pada akhir pekan.
“Di Santanera kami mengubah hidangan penutup ini dengan menciptakan hidangan penutup bertekstur segar dari semangka, ganache cokelatputih, granita strawberry, dan sorbet susu,” jelas Andres.
Menu Santanera disusun berdasarkan apa yang sedang musim di Bali karena para perencana di dapur berusaha dan menciptakan hidangan dengan bahan terbaik yang tersedia dan terus berusaha untuk memperbaiki dan menyempurnakan menu saat ini.
Dengan menggabungkan makanan bercita rasa magis dari hidangan dunia serta detail tempat yang terjalin begitu canggih namun tetapnyaman, Santanera ingin menjadi tempat di mana orang bisa menikmati diri hingga kehilangan waktu.