RI Tiga Tahun Tak Impor Beras, Pengamat Nilai Kinerja Mentan Sesuai Cita-cita Jokowi

ERA.id - Presiden Joko Widodo atau Jokowi merasa bersyukur harga beras di Indonesia masih murah. Bahkan dia mengaku sudah tiga tahun ini sudah tidak impor beras.

Terkait hal itu, Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah mengatakan hal tersebut merupakan keberhasilan Mentan.

"Memang ada keberhasilan itu selama tiga tahun kita tidak impor beras. Ya artinya memang terkait dengan kinerja Kementan ada relevansinya, karena itu menjadi tanggung jawab tupoksinya," kata dia saat dihubungi, Minggu (22/5/2022).

Meski demikian, hal ini tidak menjadi pemerintah untuk berpuas diri. Karena ini bukanlah sesuatu yang baru.

Trubus memandang ini harus menjadi langkah awal untuk mewujudkan Nawa Cita sebagaimana yang diinginkan Presiden Jokowi.

"Ini salah satu tahap awal untuk memasuki kita harus memasuki swasembada pangan," ungkap dia.

Selain itu, Trubus juga berharap pemerintah juga sudah mulai membuat kebijakan agar lahan produktif tetap ada dan tidak dijadikan lahan pemukiman.

"Untuk lahan-lahan produktif jangan dijadikan lahan pemukiman. Harus ada kebijakan untuk melarang total, sekarang ini kan baru bersifat parsial," ungkap dia.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang berhasil tetap tumbuh, walau saat ini Indonesia sedang dalam pandemi Covid-19.

Syahrul memaparkan, sektor pertanian masih berkembang saat pandemi Covid-19 dengan bukti dari kinerja ekspor naik 15,79 pada tahun 2020 dan naik 38,69 persen di tahun 2021. Selain itu, kinerja sektor pertanian juga terlihat dari data Nilai Tukar Petani (NTP) yang sudah berada di level 109, dari target yang direncanakan dalam APBN di level 104 hingga 105.

"Sudah tiga tahun tidak ada impor beras. Orang bilang kalau tidak impor beras akan menjadi bencana, ternyata nggak tuh, karena ada Pupuk Indonesia yang kerja di lapangan," ucap Syahrul.

Hanya saja, kata Syahrul, meski kinerja pertanian meningkat, namun ada beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia pada saat ini. Mulai dari menyebarnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak sapi di beberapa kabupaten di Jawa Timur, perubahan iklim yang ekstrim, hingga perang Rusia-Ukraina yang berdampak pada pasokan bahan baku pupuk.

"Kita menghadapi ancaman dunia yaitu, krisis yang berlapis dan semua tentang pangan. Lalu tantangan energi, fosfat jadi mahal, semua impor yang dijadikan pupuk itu bersoal. Karena tiba-tiba lagi ada perang, kita banyak tergantung. Kalau begitu, kalau kita tidak hati-hati, besok akan bersoal," kata Syahrul.