ERA.id - Kesuksesan Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) diapresiasi nasional. Secara khusus, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo diundang Institute for Essentiol Services Reform (IESR) sebagai salah satu co-chair Civil20 (C20 Indonesia) untuk menyampaikan keberhasilan pemerintahannya dalam mengembangkan EBT.
Pada forum itu, Gubernur mengatakan, optimalisasi EBT saat ini memang harus dilakukan karena energi fosil semakin langka dan mahal.
"Maka komitmen-komitmen terkait EBT ini harus segera kita eksekusi. Memang kami sadar ini mahal, berat dan tidak mudah. Tapi kita harus gerilya dengan kekuatan lokal yang ada," katanya dalam rangkaian acara G20 side event dan Energy Transition Working Group (ETWG) Meeting di Bali.
Turut dijelaskan juga bahwa Jateng memiliki banyak potensi EBT yang belum dioptimalkan. Selain energi panas matahari, gas rawa, geothermal, angin dan air yang tersebar di banyak daerah di Jateng.
"Ya meski belum berhasil-berhasil amat, kita sudah memulai. Kita mencoba mencari kekuatan lokal dan partisipasi dari masyarakat, untuk jalan pelan-pelan meskipun kecil. Beberapa desa sudah jalan bagus dan ini yang paling penting adalah, masyarakat bisa mandiri energi," pungkasnya.
Menurut laporan Kepala Dinas ESDM Jateng, Sujarwanto, lebih dari 2.000 desa di Jateng telah mandiri energy dengan memanfaatkan EBT di daerahnya masing-masing. Hal itu akan terus digenjot agar lebih maksimal.
Apalagi dalam kesempatan itu, dilakukan juga penandatangan kerjasama antara IERS dengan Pemprov Jateng terkait pengembangan EBT.
Kerjasama dilakukan antara IERS dengan tiga OPD Jateng, yakni Dinas ESDM, Dinas LHK dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Direktur Eksekutif IESR, Febby Tumiwa mengakui, pengembangan EBT di Indonesia tidak bisa dilakukan tanpa ada komitmen kuat pemerintah pusat dan daerah. Pimpinan Pemerintah Provinsi Jateng, Gubernur Jateng, dinilai memiliki berkomitmen penuh terkait hal itu.
"Komitmen Jawa Tengah dalam pengembangan EBT sangatlah kuat. Ini terbukti bagaimana Jateng merencanakan pembangunan energi daerahnya dan di RPJMDnya yang konsentrasi pada EBT. Ini pelajaran penting bagi daerah lain di Indonesia dan harus dicontoh," katanya.
Selain itu, Jateng mengalokasikan anggaran untuk mendukung pengembangan EBT. Dimana daerah lain belum banyak yang melakukan itu.
"Ini perlu kita contoh, dan harapan kami daerah lain juga mencontoh Jateng bagaimana pengembangan EBT serta memobilisasi peran masyarakat," tegasnya.
Di tataran teknis, lanjut Febby, Jateng juga sudah melakukan pengembangan EBT dengan energi surya. Banyak gedung-gedung pemerintahan yang sudah memasang PLTS Atap untuk tenaga surya.
"Seperti rumah sakit, tempat pelayanan sosial dan lainnya. Pada tahun 2019, PLTS Atap di Jateng sebesar 0,15 MWp dan tahun 2021 sudah meningkat jadi 12,1 MWp. Selain PLTS Atap, Jateng juga sudah mengembangkan pembangkit listrik dari gas rawa, gas metan, tenaga air dan lainnya. Kalau ini bisa diterapkan di daerah lain juga, tentu akan luar biasa," pungkasnya.