ERA.id - Seluruh warga Desa Cilangari, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang sebelumnya mengalami keracunan massal dan dirawat kekinian sudah berada di rumahnya masing-masing.
Informasi tersebut didapat langsung dari Kepala Desa Cilangari, Sabana saat dihubungi pasa Senin (20/2/2023). "Sekarang Alhamdulillah kasusnya sudah selesai, yang 5 orang terakhir dirawat sudah pulang tadi malam. Jadi sudah tidak ada lagi yang dirawat," terang Sabana.
Sebelumnya total ada 106 korban keracunan usai menyantap makanan di sebuah acara keagamaan.
Dua di antaranya meninggal dunia.
Menanggapi soal penyebab keracunan massal itu dari nasi yang dikonsumsi warga peserta kegiatan keagamaan, Sabana menyebut sempat kaget dan bingung.
"Ya kalau dari sayuran atau bahan makanan lain keracunannya kan nggak aneh, tapi kalau keracunannya karena nasi ya baru sekarang mendengar. Tapi itu kan hasil uji laboratorium juga," ungkap Sabana.
Sabana berharap agar kasus serupa tak terulang lagi. Saat ini ia fokus pada pemulihan kondisi warga yang keracunan dan terus memantau kondisi kesehatan mereka.
"Sekarang justru saya minta dinas (Dinas Kesehatan) memberi vitamin buat warga, biar segera pulih dan pencegahan," tutur Sabana.
Selain itu, pihaknya kian gencar menyosialisasikan soal kebersihan dan pengolahan makanan secara higienis. Termasuk mengecek bahan baku makanan yang akan digunakan.
"Ya misalnya sayur harus dicuci bersih biar nggak ada pestisida, bumbu dicek kedaluwarsanya, waktu masuk harus bersih. Air yang dipakai juga apakah dari sumur atau darimana. Sekarang saya selalu sampaikan di tiap kegiatan," kata Sabana.
Beruntung musibah keracunan massal yang melanda warganya, tak membuat ia dan warga lainnya menjadi trauma menggelar kegiatan mengundang orang banyak dan tradisi memasak oleh warga sendiri.
"Alhamdulillah nggak terpengaruh, warga soalnya menganggap yang kemarin itu musibah. Jadi pelajaran saja biar nggak terulang lagi," kata Sabana.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan KBB Hernawan mengungkapkan penyebab nasi yang dikonsumsi oleh ratusan mengandung bakteri Staphylococcus Aureus. Bakteri itu diduga bersumber dari orang yang sudah terkontaminasi bakteri tersebut.
"Orang yang terkontaminasi bakteri Staphylococcus Aureus dapat mencemari makanan jika tidak mencuci tangan sebelum menyentuhnya," jelasnya.
Jika makanan terkontaminasi bakteri ini, kata dia, dapat berkembang biak di dalam makanan dan menghasilkan racun yang dapat membuat orang sakit meskipun sudah dibunuh dengan proses pemasakan yang benar.
Ia mengatakan, meski makanan sudah dimasak, tetapi racunnya tidak akan hancur dan dapat menyebabkan penyakit karena bakteri ini berkembang biak dalam makanan dan bisa menghasilkan racun, terutama jika makanan disimpan pada suhu kamar.
"Racun itu mungkin berbahaya jika ada pada makanan yang tidak memiliki tanda-tanda pembusukan, seperti bau yang tidak sedap," kata Hernawan.