ERA.id - Kepolisian Daerah Bali memeriksa enam saksi buntut tewasnya seorang warga negara Jepang Kikuchi Satoshi (60) yang jatuh saat bermain wahana flying fish di kawasan wisata permainan air Tanjung Benoa, Badung, Bali.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Bali Komisaris Besar Polisi Jansen Avitus Panjaitan di Badung, Bali, Senin, mengatakan bahwa enam saksi kasus meninggalnya Kikuchi Satoshi tersebut tengah menjalani pemeriksaan oleh penyidik Subdirektorat Penegakan Hukum Kepolisian Air dan Udara (Subdit Gakkum Ditpolairud) Polda Bali.
"Prosesnya masih lidik, penyidik mendalami lagi (saksi-saksi). Sudah dilakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi. Sejauh ini dari enam saksi yang memberikan keterangan, belum ditemukan adanya faktor-faktor lain selain murni kecelakaan tersebut," kata Jansen pada Senin (21/8/2023) dikutip dari Antara.
Menurut Jansen, berdasarkan laporan dari penyidik Subdit Gakkum Ditpolairud, untuk sementara sampai kini tidak ditemukan adanya unsur lain dari penyebab tewasnya bule Jepang itu selain murni kecelakaan.
Akan tetapi, penyidik masih melakukan pemeriksaan terhadap saksi dan pemeriksaan peralatan di lapangan. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan adanya tersangka dalam kasus kematian Kikuchi Satoshi (60) dan menyebabkan anaknya Kikuchi Haruki (15) mengalami luka ringan.
"Sementara sejauh ini perkembangannya sementara seperti di awal bahwa kecelakaan yang ditimbulkan itu bukan akibat kelalaian. Sampai dengan hari ini belum ditemukan adanya unsur-unsur lain, tetapi lebih pada dugaan kecelakaan," kata dia.
Jansen mengatakan bahwa jasad pria yang berlibur dengan keluarganya itu sudah diserahkan kepada pihak keluarga. Namun, saat ini masih berada di Bali dan menunggu koordinasi lebih lanjut dengan konsulat untuk bisa kembali ke Jepang.
Mantan Kapolresta Denpasar itu mengungkapkan bahwa setelah insiden tewasnya pria 60 tahun asal Jepang itu, pengelola Water Coral Dive & Watet Sport kooperatif ketika dimintai keterangan oleh pihak kepolisian, termasuk memberikan mengenai aturan standar operasional prosedur pelaksanaan olahraga wisata air tersebut.
"Sejauh ini mereka kooperatif memberikan informasi-informasi yang diperlukan, termasuk SOP-SOP yang dilakukan pada saat kegiatan tersebut," kata Jansen.
Berkaca pada kejadian nahas tersebut, Polda Bali melalui Kabid Humas mengimbau kepada masyarakat dan wisatawan untuk tetap berhati-hati dalam melakukan aktivitas wisata selama berada di Bali.
Hal itu juga berlaku bagi pelaku wisata yang memiliki usaha pariwisata untuk mematuhi standar operasional prosedur yang telah ditetapkan agar tidak terjadinya kecelakaan bagi pengguna layanan wisata.
"Tetap menjaga keselamatan diri dan prinsip kehati-hatian di dalam beraktivitas, apalagi dalam permainan-permainan yang berisiko seperti itu," kata dia.
Jansen mengatakan bahwa personel Polda Bali akan terus melakukan patroli di tempat-tempat wisata dan akan menindak pelaku yang tidak mematuhi SOP.
Sebelumnya, pada hari Jumat (18/8) seorang wisatawan mancanegara asal Jepang Kikuchi Satoshi (60) meninggal dunia, sementara anaknya Kikuchi Haruki (15) mengalami luka ringan di pelipis kiri usai terjatuh dari flying fish sekitar pukul 10.00 Wita di Tanjung Benoa, tepatnya di depan Pantai Hotel Grand Mirrage Lingkungan Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Bali.
"Saat itu kedua korban sedang bermain flyng fish, tiba-tiba terlepas dan jatuh ke laut dalam posisi tengkurap dan tidak sadarkan diri," kata Jansen.
Korban merupakan WNA asal Jepang yang sedang berlibur ke Bali bersama dengan keempat orang lainnya menginap di sebuah hotel di Kuta, Badung.
Berdasarkan catatan polisi, seorang saksi Zaini yang merupakan pengemudi speedboat bersama Wahyu, sang instruktur, pertama kali berangkat mengemudikan boat menarik flying fish dengan membawa dua orang anak korban selama 5 menit dan berhasil landing dengan selamat.
Selanjutnya pada sesi kedua, pengemudi boat menarik flying fish yang membawa dua WNA Jepang ayah dan anak serta sang instruktur. Namun, setelah sekitar 40 meter dari pantai, tiba-tiba, flying fish oleng dan miring ke kanan, kemudian instruktur terjatuh, disusul kedua korban WNA Jepang. Kedua korban terlepas dari pegangan dan terjatuh sekitar 3 meter dari atas (permukaan) air.
Setelah kecelakaan itu, beberapa staf mencoba menarik korban dari dalam air. Setelah menjangkau kedua korban, staf membawa mereka ke pinggir pantai. Staf pun memberi pertolongan awal dengan memompa dada korban KS, namun korban tetap tidak sadarkan diri.
Korban lantas dilarikan ke rumah sakit dengan menggunakan mobil ambulans menuju ke Rumah Sakit Surya Husada, Nusa Dua, Badung.
Sesampainya di RS Surya Husada, tim medis berusaha memberikan pertolongan kepada korban, namun korban KS tak dapat diselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia.
Jansen mengatakan bahwa saat ini jajaran Direktorat Kepolisian Air dan Udara (Ditpolairud) Polda Bali tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab kecelakaan hingga menyebabkan kematian korban WNA itu.