ERA.id - Pengembangan investasi di Sulsel masih terkendala listrik. Khususnya di sektor pertambangan, yakni industri smelter.
Kondisi ini dilaporkan Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin, saat menerima kedatangan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Rachmat Kaimuddin, di Rumah Jabatan Gubernur, Jumat silam.
"Di Sulsel sudah ada investasi yang masuk di beberapa daerah, termasuk di Luwu Raya dan Huadi di Bantaeng. Namun, masih terkendala kebutuhan listrik. Di Huadi Group saja membutuhkan 1.000 Mega Volt Ampere (MVA)," ungkap Bahtiar.
"Huadi itu saya sudah ke sana, ada tiga perusahaan yang mau masuk. Tapi dia butuh listrik sampai 1.000 MVA. Ini masih kurang. Bayangkan ada perusahaan yang antre mau masuk investasi di sana," sambungnya.
Ia juga menyampaikan agar arah pembangunan bukan hanya di darat, tapi juga bagaimana pembangunan di laut. Hal tersebut sangat mendukung untuk memudahkan investasi, ekspor, dan impor di Sulsel.
"Pembangunan laut dan darat juga harus sesuai kebutuhan. Bagaimana mau maju, pembangunan hanya fokus di darat, harusnya kalau kita belajar dari sejarah, perdagangan dulu semua lewat laut kalau dalam jumlah besar," jelasnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi, Rachmat Kaimuddin, mengaku akan memperhatikan kebutuhan listrik di Sulsel. Apalagi, untuk mendukung iklim investasi.
"Kalau soal listrik tugas saya dan teman-teman ini untuk melihat dan mengusahakan. Jadi kita bahas soal kebutuhan listrik perusahaan smelter, termasuk di Morowali dan Huadi di Bantaeng," tuturnya.