Dirundung Teman Sekelas, Pankreas Bocah 6 SD Robek hingga Meninggal Dunia di Lamongan

| 04 May 2024 10:00
Dirundung Teman Sekelas, Pankreas Bocah 6 SD Robek hingga Meninggal Dunia di Lamongan
Ilustrasi pukulan (Pixabay)

ERA.id - Seorang murid kelas 6 Sekolah Dasar (SD) meninggal dunia akibat pangkreas robek usai mendapatkan perlakuan bullying dari teman sekelasnya, di Karanggeneng, Lamongan, Jawa Timur.

Nasib malang bocah berisinial ARS (12) didiagnosis mengalami robek pankreas usai didorong teman sekelasanya pada 19 Februari 2024 lalu.

Hal itu diceritakan oleh Ibu korban Chresa Sulistiana (35). Ia menyampaikan saat itu ARS mencoba menghindar saat diajak bercanda dengan terduga pelaku.

ARS mencoba berlari tapi malah didorong oleh pelaku. Lantas badan korban jatuh hingga membentur sudut tangga keramik menuju sekolah.

“Jadi ceritanya, anak saya ini posisinya menghindari temannya itu karena tidak mau diajak bercanda. Dia lari habis itu didorong dan jatuh, ulu hatinya kena benturan undak-undakan (tangga) pinggiran keramik,” kata Chresa, saat dihubungi, Jumat (3/5/2024).

Pihak sekolah pun kemudian menghubunginya, mengabari bahwa ARS anaknya sedang dirawat di puskesmas akibat terjatuh. Saat Chresa tiba, anaknya sudah mengeluh kesakitan sambil memegangi perut.

“Saya tanya ke wali muridnya. Ini anak saya kenapa kok jatuh sampai gini, anak saya megangin perut sambil sesak napas. Terus wali kelasnya bilang, ‘biasa mbak anak-anak bercanda’. Saya pikir bercanda kok sampai lihat di perutnya sampai ada goresan babras (luka),” ucapnya.

Puskesmas kemudian merekomendasikan agar ARS dibawa ke rumah sakit. Chresa lalu melarikan anaknya ke RS Muhammadiyah Lamongan. Sementara korban terus mengeluh kesakitan dan sesak nafas.

Kemudian korban ARS harus dirawat selama beberapa hari di RS Muhammadiyah Lamongan untuk menjalani rontgen dan computerized tomography (CT) scan. Hasilnya diagnosa dokter menyebut organ pankreas anaknya malah mengalami robekan. “Dan setelah di kasih tau hasil CT scan itu di pankreasnya ada kayak robekan,” ucapnya.

Karena luka dan kondisi ARS yang parah, anaknya itu kemudian dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya, 23 Februari 2024.

Dokter juga mendiagnosa pankreas korban mengalami robek dan tak bisa berfungsi dengan baik. “Sementara dari (RSUD dr) Soetomo pun dikasih tau kalau pankreasnya pecah akibat benturan itu tadi,” ucapnya.

Lebih lanjut Chresa menceritakan kondisnya anaknya tidak bisa makan sama sekali. Bahkan urinenta mengeluarkan warna merah dan lambungnya terus menerus mengeluarkan cairan berwarna hijau dan tak menahan buang air besar.

“Anak saya masih bisa ngomong, ngomong lah ke dokter. (Dokter tanya) ‘adek kenapa dek bisa kayak gini?’, (ARS menjawab) 'itu bu dokter saya didorong sama teman pas waktu melaksanakan upacara’,” nelangsa Chresa saat menirukan ucapan anaknya.

Usai 17 hari dirawat di RSUD dr Soetomo, ARS mengembuskan nafas terakhirnya pukul 19.22 WIB, Senin, 11 Maret 2024, atau awal Ramadan lalu.

Chresa begitu terpukul atas kepergian anaknya. Ia menyayangkan mengapa peristiwa ini bisa terjadi. Saat ARS pertama kali mengalami dorongan hingga akhirnya meninggal, dia beberapa kali mempertanyakan kasus ini ke pihak sekolah.

Namun, kata dia, alih-alih mengusut peristiwa ini dan memberikan sanksi ke pelaku, pihak sekolah hanya menyebut peristiwa ini merupakan candaan anak-anak belaka.

Pihak sekolah cuma sekali menengok korban saat dirawat di RS Muhammadiyah Lamongan. Serta bertakziah ke rumah ketika ARS meninggal dunia.

“Kok temannya tidak di sanksi dan tidak ditindaklanjuti sama pihak sekolah,” kata Chresa bertanya-tanya.

Chresa pun melaporkan kejadian yang menewaskan anaknya itu ke Polres Lamongan. Laporannya pun sudah diterima dengan LP: LP-B/137/V/2024/SPKT/POLRES LAMONGAN/POLDA JAWA TIMUR, Kamis (2/5).

Dia berharap mendiang anaknya memperoleh keadilan, dan pihak-pihak yang terlibat dalam kasus ini bertanggung jawab di mata hukum.

“Harapan saya untuk mendapat keadilan, apakah si sekolah memebenarkan bullying begitu sampai meregang nyawa. Kita seorang ibu sampai anak tidak ada, saya masih merasa shock, masih merasa kehilangan. Adai saja anak saya masih ada,” tuturnya.

Sementara itu, Kasi Humas Polres Lamongan Ipda Andi Nur Cahya mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki kasus ini. Sejumlah saksi-saksi tengah diperiksa.

“Masih dilidik dan pemeriksaan saksi-saksi,” kata Andi.

Rekomendasi