Bocah Kelas 6 SD Tewas Akibat Pankreas Robek Diduga Dirundung Teman, Polisi Lamongan Periksa Pihak Sekolah dan Wali Murid

| 04 May 2024 21:30
Bocah Kelas 6 SD Tewas Akibat Pankreas Robek Diduga Dirundung Teman, Polisi Lamongan Periksa Pihak Sekolah dan Wali Murid
Ilustrasi perundungan (Unsplash)

ERA.id - Kasat Reskrim Polres Kabupaten Lamongan AKP I Made Suryadinata mengatakan, polisi sudah memeriksa sebanyak 9 saksi terkait meninggalnya bocah kelas 6 SD usai dirudung teman kelasnya di Lamongan, Jawa Timur.

Diketahui, Siswi berinisial ARS (12) warga Karanggeneng, Lamongan, diduga didorong teman sekelasnya hingga mengalami robek pankreasnya. ARS sempat dibawa dan dirawat di RSUD Dr Soetomo Surabaya, pada (11/3/2024) malam.

Peristiwa kejadian dugaan adanya perudungan di sekolah korban, kasus ini telah dilaporkan ke polisi. AKP I Made Suryadinata menyebut pihaknya sudah memeriksa saksi-saksi dari teman kelas korban hingga pihak sekolah.

"Saat ini telah dilakukan pemeriksaan terhadap 9 saksi. Meliputi saksi pelajar, orang tua wali murid dan juga dari pihak sekolah," kata AKP I Made, Sabtu (4/5/2024).

AKPI Made menegaskan meskipun pemeriksaan terhadap saksi telah dilakukan. Dalam perkara ini, anggotanya masih terus melakukan penyelidikan lebih lanjut. 

"Kita masih mencari titik terang, serta melakukan penyelidikan lebih lanjut," jelasnya. 

Sedangkan hasil pemeriksaan, kata dia, dari ke 9 orang saksi diperiksa menyampaikan pernyataan yang sama. Bahwa korban terjatuh di lantai dalam keadaan tengkurap setelah menjauhi terlapor. 

"Para saksi anak yang ada di TKP membenarkan yang disampaikan terlapor bahwa terlapor belum sampai memukul korban. Serta korban terpeleset di lantai dari cor dalam keadaan terjatuh tengkurap lalu ditolong orh terlapor bersama wali kelas dan di bawa ke Puskesmas Karanggeneng," rincinya. 

"Dari sekolah maupun orangtua telapor mengaku sudah melakukan itikat baik. Mereka turut menjenguk korban di rumah sakit. Serta memberi santunan 'dana bela sungkawa'," lanjutnya I Made. 

Diberitakan sebelumnya, Ibu korban Chresa Sulistiana (35) menceritakan bahwa anaknya  ARS (12) didiagnosis mengalami robek pankreas usai didorang teman sekelasnya pada 19 Februari 2024 lalu.

Saat kejadian itu ARS mencoba menghindar saat diajak bercanda dengan terduga pelaku. ARS mencoba berlari tapi malah didorong oleh pelaku. Lantas badan korban jatuh hingga membentur sudut tangga keramik menuju sekolah.

“Jadi ceritanya, anak saya ini posisinya menghindari temannya itu kerena tidak mau diajak bercanda. Dia lari habis itu didorong dan jatuh, ulu hatinya kena benturan undak-undakan (tangga) pinggiran keramik,” kata Chresa, saat dihubungi, Jumat (3/5/2024).

Pihak sekolah pun kemudian menghubunginya, mengabari bahwa ARS anaknya sedang dirawat di puskesmas akibat terjatuh. Saat Chresa tiba, anaknya sudah mengeluh kesakitan sambil memeganggi perut.

“Saya tanya ke wali muridnya. Ini anak saya kenapa kok jatuh sampai gini, anak saya megangin perut sambil sesak napas. Terus wali kelasnya bilang, ‘biasa mbak anak-anak bercanda’. Saya pikir bercanda kok sampai lihat di perutnya sampai ada goresan babras (luka),” ucapnya.

Puskesmas kemudian merekomendasikan agar ARS dibawa ke rumah sakit. Chresa lalu melarikan anaknya ke RS Muhammadiyah Lamongan. Sementara korban terus mengeluh kesakitan dan sesak nafas.

Kemudian korban ARS harus dirawat selama beberapa hari di RS Muhammadiyah Lamongan untuk menjalani rontgen dan computerized tomography (CT) scan. 

Hasilnya diagnosa dokter menyebut organ pankreas anaknya malah mengalami robekan. “Dan setelah di kasih tau hasil CT scan itu di pankreasnya ada kayak robekan,” ucapnya.

Karena luka dan kondisi ARS yang parah, anaknya itu kemudian dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya, 23 Februari 2024. 

Dokter juga mendiagnosa pankreas korban mengalami robek dan tak bisa berfungsi dengan baik. “Sementara dari (RSUD dr) Soetomo pun dikasih tau kalau pankreasnya pecah akibat benturan itu tadi,” ucapnya. 

Lebih lanjut, Chresa menceritakan kondisnya anaknya tidak bisa  makan sama sekali. Bahkan urinenta mengeluarkan warna merah dan lambungnya terus menerus mengeluarkan cairan berwarna hijau dan tak menahan buang air besar.

“Anak saya masih bisa ngomong, ngomong lah ke dokter. [Dokter tanya] ‘adek kenapa dek bisa kayak gini?’, [ARS menjawab] ‘itu bu dokter saya didorong sama teman pas waktu melaksanakan upacara’,” nelangsa Chresa saat menirukan ucapan anaknya.

Usai 17 hari dirawat di RSUD dr Soetomo, ARS mengembuskan napas terakhirnya pukul 19.22 WIB, Senin, 11 Maret 2024, atau awal Ramadan lalu.

Chresa begitu terpukul atas kepergian anaknya. Ia menyayangkan mengapa peristiwa ini bisa terjadi. Saat ARS pertama kali mengalami perundungan hingga akhirnya meninggal, dia beberapa kali mempertanyakan kasus ini ke pihak sekolah.

Namun, kata dia, alih-alih mengusut peristiwa ini dan memberikan sanksi ke pelaku, pihak sekolah hanya menyebut peristiwa ini merupakan candaan anak-anak belaka.

Pihak sekolah cuma sekali menengok korban saat dirawat di RS Muhammadiyah Lamongan. Serta bertakziah ke rumah ketika ARS meninggal dunia.

“Kok temennya tidak di sanksi dan tidak ditindaklanjuti sama pihak sekolah,” kata Chresa bertanya-tanya.

Chresa pun melaporkan kejadian yang menewaskan anaknya itu ke Polres Lamongan. Laporannya pun sudah diterima dengan LP: LP-B/137/V/2024/SPKT/POLRES LAMONGAN/POLDA JAWA TIMUR, Kamis (2/5/2024).

q

Rekomendasi