Dampak Perang Rusia-Ukraina, Gas LPG Nonsubsidi Jadi Mahal dan Langka, Ganjar: Hati-Hati Konversi ke Gas 3 Kg Akan Terjadi

| 05 Mar 2022 09:35
Dampak Perang Rusia-Ukraina, Gas LPG Nonsubsidi Jadi Mahal dan Langka, Ganjar: Hati-Hati Konversi ke Gas 3 Kg Akan Terjadi
Pekerja menyelesaikan proses isi ulang gas elpiji ukuran 3kg di SPBE Sinar Sakti, Garung Kidul, Kaliwungu, Kudus, Jateng. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

ERA.id - Harga gas non subsidi mengalami kenaikan pada 27 Februari 2022. Penyesuaian harga itu dilakukan PT Pertamina (Persero) usai adanya lonjakan harga minyak dunia karena invasi Rusia ke Ukrania.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun meminta jajarannya untuk memantau distribusi minyak dan gas di Jateng. Salah satu yang dipantau adalah potensi migrasi atau konversi konsumen gas nonsubsidi ke gas subsidi.

Ia menjelaskan invasi Rusia ke Ukraina ternyata berpengaruh pada relasi bangsa dan negara, seperti respons negara di Eropa Barat dan Amerika serta negara-negara yang bergabung dalam NATO.

"Ketika blok China mulai ikut serta ke kubunya Rusia, saya melihat, kita musti siap-siap terkait harga migas. Ternyata benar, tidak lama setelah itu Pertamina menaikkan harga gas nonsubsidi," kata Ganjar di Semarang, Jumat (4/3/2022).

Kenaikan harga gas nonsubsidi itu, lanjut Ganjar, menimbulkan kekhawatiran terkait distribusi gas subsidi atau gas 3 kilogram. Ia meminta kepada instansi terkait untuk berhati-hati atas potensi migrasi atau konversi konsumen gas nonsubsidi ke gas subsidi.

"Langsung saya kontak Dinas ESDM. Saya minta untuk komunikasi dengan Pertamina. Hati-hati konversi ke dalam gas 3 kg akan terjadi. Mereka yang kesulitan mencari gas nonsubsidi akan mencari ke gas 3 kg karena membeli gas 3 kg itu begitu mudah, tidak ada restriksi yang ketat," ungkap Ganjar.

Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto, pun menyatakan Gubernur Jateng telah menginstruksikan untuk berkoordinasi dengan Pertamina sejak pengumuman kenaikan harga gas nonsubsidi.

Ada dua poin penting dari instruksi tersebut. Pertama, memastikan pasokan tetap terjaga. Kedua, memantau potensi terjadi migrasi dari nonsubsidi ke gas elpiji 3 kg.

"Indikasi terjadi (migrasi) bisa dibaca kalau permintaan elpiji 3 kg naik sementara penjualan 12 kg turun. Ini kami pantau bersama Pertamina dan Hiwana Migas serta 12 kantor cabang dinas. Kita formalisasi juga penugasan kepada Pertamina dan Hiswana Migas itu dengan surat dari dinas," katanya.

Sujarwanto menjelaskan, hingga hari kelima pasca-kenaikan harga pada 27 Februari 2022 lalu, belum ada indikasi migrasi konsumen gas nonsubsidi ke gas subsidi.

Permintaan masyarakat masih wajar dan stok masih aman, baik gas nonsubsidi maupun gas subsidi.

"Kita menjaga agar tidak terjadi migrasi. Kalau terjadi migrasi maka pada batas pantauan kita untuk meluruskan distribusinya. Harapan kita dapat tepat sasaran. Kawan pengusaha juga saya harapkan, termasuk rumah tangga, tidak tergantung elpiji. Ada yang kita sarankan ke kompor listrik atau kompor induksi karena lebih hemat dibandingkan elpiji 3 kg. Kita coba hemat energi. Masyarakat harus menggunakan energi seperlunya," jelasnya.

Selain memantau distribusi gas elpiji, Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah bersama Pertamina juga memantau pasokan BBM di Jawa Tengah. Hal itu sebagai tindak lanjut dari kenaikan harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex per 3 Maret 2022

"Untuk Pertalite, Pertamax, dan Solar tidak naik. Stok untuk semua jenis BBM tersedia aman di atas tiga hari di semua wilayah Jateng. Jadi masyarakat tidak usah panik," katanya.

Rekomendasi