ERA.id - Rumah mode terkenal Louis Vuitton mendapatkan protes keras dari netizen usai menjual kefiyyeh yang jadi ikon Palestina dengan harga sangat mahal. Merek fashion terkemuka asal Perancis ini dinilai telah mengeksploitasi syal simbol nasionalisme Palestina.
Louis Vuitton menjual keffiyeh seharga 705 dolar AS atau Rp10 juta melalui situs websitenya. Melalui keterangan situs web, syal terinspirasi dari keffiyeh yang diperkaya dengan signature perusahaan. Syal itu terbuat dari bahan wol, katun dan sutra.
"Teknik tenunan kain jenis jacquard digunakan untuk membuat corak monogram yang rumit dengan kapas, bulu dan sutera. Aksesori yang lembut dan ringan untuk si pemakai yang menggemari gaya santai, namun mewah," tulis keterangan produk.
Dilansir dari Middle East Monitor, alasan utama netizen mengecam keffiyeh Louis Vuitton adalah dinilai telah memanfaatkan konflik yang merenggut ratusan nyawa Palestina demi kepentingan komersial. Perancang keffiyeh diduga melakukan perampasan budaya demi kepentingan komersial.
"Mengambil keuntungan dari rakyat Palestina yang tertindas sangat memalukan @LouisVuitton, mengapa kamu tidak berbicara tentang genosida dan pembersihan etnis rakyat Palestina," kata seorang pengguna Twitter, dikutip pada Minggu (6/6/2021).
“Sangat tidak sopan menjual simbol budaya Palestina. Keffiyeh dengan harga USD705 yang menggelikan, tanpa mengakui bahwa itu milik budaya Palestina. Setidaknya akui rakyat Palestina dan perjuangan mereka,” ungkap netizen lainnya.
Kritikan juga disampaikan karena Vuitton mengubah warna asli keffiyeh dari hitam-putih menjadi biru-putih. Biru diasosiasikan sebagai warna bendera Israel.
Arti potensial di balik warna biru dan putih syal adalah salah satu yang diangkat oleh banyak kritikus. Banyak yang mempertanyakan apakah label fashion tersebut sengaja memilih warna bendera Israel untuk aksesori.
Louis Vuitton says they are politically neutral yet they are getting profits from the sale of this $705 keffiyeh inspired scarf usually worn by the Arabs and a symbol of Palestinian nationalism. And the color, is that some form of passive political commentary? pic.twitter.com/t3EALTVV56
— Ikhwan (@JatIkhwan) June 2, 2021
"Louis Vuitton mengatakan mereka netral secara politik namun mendapatkan keuntungan dari penjualan syal yang terinspirasi dari keffiyeh seharga USD705 yang biasanya dikenakan oleh orang Arab dan simbol nasionalisme Palestina. Dan warnanya, apakah itu semacam komentar politik pasif?” timpal netizen lainnya.
Kritik juga dibagikan oleh akun Instagram DietPrada, yang membagikan serangkaian foto yang membandingkan syal Louis Vuitton dan keffiyeh tradisional.
"Jadi sikap LVMH terhadap politik adalah 'netral,' tetapi mereka masih membuat keffiyeh dengan logo yang terpampang seharga US$705, yang mana itu adalah hiasan kepala tradisional Arab yang menjadi simbol nasionalisme Palestina. Hmm..."
Tak selalu kecaman, ada juga netizen yang membela Louis Vuitton. Netizen itu juga meminta Louis Vuitton untuk menyumbangkan sebagian keuntungan untuk membantu Palestina.
"@LouisVuitton secara politik netral dalam hal Palestina & Israel, tapi mereka benar-benar keren dengan menghasilkan uang dari keffiyeh. Sebaiknya ada rencana untuk menyumbangkan hasilnya kepada korban Palestina," kata netizen lain.