ERA.id - Stunting masih menjadi masalah bagi bayi dan anak Indonesia. Presiden RI Joko Widodo meminta agar setiap kepala daerah bisa menekan angka stunting di daerah masing-masing, demi menuju Indonesia Zero Stunting pada 2030 dan menargetkan angka stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting turun dari 24.4 persen di 2021 menjadi 21.6 persen di 2022, namun masih di atas ambang yang ditentukan WHO yaitu 20%. Artinya, perjalanan mencapai target angka stunting 14 persen masih cukup panjang.
Presiden Joko Widodo pada Rakernas BKKBN (25/1) menghimbau pemerintah dan masyarakat untuk terus menggaungkan penyuluhan anak, terutama untuk mendorong pemberian protein hewani pada anak, agar terhindar dari stunting.
“Bayi atau ibu hamil harus diberi asupan protein, diberikan ikan, diberi telur. Saya lihat kemarin ramai, bayi berusia 7 bulan diberi kopi susu saset oleh ibunya, karena di pikirannya kopi ini mengandung susu. Hati-hati mengenai ini, oleh sebab itu sekali lagi yang namanya penyuluhan itu penting,” pesan Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya penyuluhan nutrisi bagi orang tua.
Menanggapi hal tersebut, Gregorius Daru Smaragiri, Business Unit Head Morinaga Chil*Go! mengakui peran penting orang tua dalam mencegah kejadian stunting pada anak.
“Setiap orang tua pasti ingin anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik, salah satu caranya memberi asupan nutrisi berkualitas secara tepat, termasuk protein hewani dan nutrisi mikro yang juga mendukung tumbuh kembang anak. Orang tua juga perlu mendeteksi dini weight faltering pada anak dengan menimbang berat badan dan mengukur tinggi/panjang badan secara rutin. Jika kenaikan berat badan tidak memadai, segera konsultasikan dengan dokter umum atau dokter anak untuk mengetahui penyebab dan menata pola makan, sehingga anak terhindar dari risiko stunting,” tutur Gregorius Daru Smaragiri dalam keterangan resmi yang diterima Era.id.
Masalah perawakan pendek pada anak bukanlah ketakutan utama akibat stunting, melainkan dampaknya pada perkembangan otak. Tanpa penanganan serius, stunting akan menyebabkan banyak penduduk tumbuh dewasa dengan perkembangan kemampuan kognitif yang lambat, mudah sakit, dan kurang produktif.
dr. Muliaman Mansyur, Head of Medical KALBE Nutritionals menjelaskan kunci mencegah stunting adalah memberi anak asupan nutrisi yang baik, tepat dan sehat.
“Dengan asupan nutrisi yang baik, tumbuh kembang anak akan terjaga, sekaligus mencegah berbagai macam penyakit, dan memperkuat sistem imun anak. Mulai dari pemberian ASI eksklusif sejak kelahiran hingga anak berusia 6 bulan, lalu dilanjutkan dengan MPASI berbasis protein hewani seperti telur, ikan dan susu yang memang kaya akan protein. Kita juga harus mendukung dan mengedukasi orang tua agar selalu mendapatkan informasi akurat mengenai asupan nutrisi yang tepat untuk anak, termasuk dalam mencegah stunting,” papar dr. Muliaman Mansyur.
Mengatasi masalah stunting melalui pemenuhan nutrisi.
Penelitian membuktikan bahwa konsumsi asam amino esensial yang bersumber dari protein hewani menjadi salah satu langkah utama dalam mencegah anak terkena stunting. Hal ini disebabkan kelengkapan dan kecukupan asam amino esensial pada protein hewani lebih tinggi dibanding protein nabati. Konsumsi asam amino esensial akan mempengaruhi pembentukan protein dan lemak dalam tubuh, termasuk hormon pertumbuhan.
“Penelitian menunjukkan di antara sumber protein hewani, susu dan telur terbukti memiliki nilai DIAAS (digestible indispensable amino acid score) tertinggi dan memiliki peran paling penting dalam pencegahan stunting, baru kemudian diikuti ikan, ayam dan daging. Pemenuhan nutrisi seimbang diawali dengan pemberian makanan secara teratur dan sesuai umur anak. Orang tua juga dapat memberikan makan 3 kali sehari dan dilengkapi dengan nutrisi seimbang dengan pemberian susu 1-2 gelas setiap harinya, dan tentunya harus diiringi dengan stimulasi bermain dan tidur yang cukup. Kedua hal itu dilakukan untuk mempertahankan kecerdasan anak melalui pemenuhan nutrisi pada gizi anak. Langkah perbaikan dari segi nutrisi bisa diberikan hingga anak mencapai usia pertumbuhan optimalnya,” ucap dr. Muliaman.
Lebih lanjut, dr. Muliaman juga menambahkan bahwa asupan asam amino esensial yang tidak memadai bisa mempengaruhi pertumbuhan anak, karena asam amino diperlukan untuk sintesis protein. “Di samping itu ketersediaan asam amino dari protein ini juga akan mempengaruhi faktor pertumbuhan tinggi badan anak, sistem hematopoietik (darah), ketersedian oksigen, pertumbuhan tulang, otot rangka, sistem saraf, saluran pencernaan, kecerdasan, imunitas dan juga keseimbangan energi dalam tubuh. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memastikan asupan kecukupan asam amino dari protein hewani seperti ikan, telur dan susu, papar dr Muliaman Mansyur.
Tergerak dengan fakta ini, Morinaga Chil*Go! juga ingin memberikan kontribusi nyata terhadap pencegahan stunting di Indonesia melalui manfaat kesehatan yang utamanya mengandung 9 Asam Amino Esensial untuk mendukung mencegah stunting, diperkaya kombinasi nutrisi makro, serat pangan inulin, tinggi Vitamin A, C, E, Zinc untuk mendukung daya tahan tubuh, serta dilengkapi juga dengan minyak ikan, Omega 3 & 6, Kalsium, serta 14 Vitamin dan 7 Mineral. Seluruh perpaduan nutrisi ini untuk mendukung tumbuh kembang anak sesuai tahapan usianya serta tercukupinya nutrisi anak.
“Upaya menurunkan kejadian stunting agar bisa mencapai angka di bawah 14 persen di tahun 2024 merupakan tugas dan misi kita bersama dalam membantu menyehatkan bangsa. Orang tua memang dituntut lebih bijak memilih dan melengkapi asupan nutrisi untuk anaknya. Untuk itu, orang tua membutuhkan bantuan agar bisa selalu memberikan asupan protein hewani untuk anaknya, salah satunya bisa didapat dari nutrisi susu secara teratur agar kebutuhan asam amino esensial anak terpenuhi dan anak terhindar dari risiko stunting,” jelas Gregorius Daru Smaragiri.