ERA.id - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia tahun ini melonjak tiga kali lipat dibanding tahun 2023 lalu. Kementerian Kesehatan (Kemnekes) mencatat, sebanyak 88.593 kasus DBD terdeteksi pada pekan ke 17 tahun 2024 atau akhir April lalu.
Meski begitu, Kemenkes mengklaim belum mendapat laporan dari pengelola fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) bahwa mereka kewalahan menangani lonjakan kasus DBD.
"Saat ini meski terjadi kenaikan kasus dan orang yang dirawat di rumah sakit di beberapa daerah, namun belum ada laporan daerah kewalahan untuk merawat," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi, dikutip dari Antara, Jumat (3/5/2024).
Dia menambahkan, pengelola fasyankes telah melakukan mitigasi lonjakan kasus sesuai dengan surat edaran yang ditujukan ke seluruh dinas kesehatan dan rumah sakit di tanah air pada Januari dan April 2024.
Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa kenaikan kasus berkaitan dengan perubahan iklim. Perubahan iklim membuat nyamuk bisa bertahan dan berkembang biak lebih lama sehingga jumlahnya lebih banyak.
"Januari dan April 2024 kami memberikan surat edaran ke dinkes dan rumah sakit agar melakukan mitigasi lonjakan kasus DBD, karena kami memprediksi adanya kenaikan kasus akibat dari climate change di awal 2024," katanya.
Sebagai informasi, berdasarkan catatan Kemenkes, pada pekan ke-17 Tahun 2024 atau akhir April lalu, kasus DBD mencapai 88.593. Sementara jumlah kematian mencapai 621.
Jumlah tersebut melonjak dibandingkan pekan ke-17 tahun 2023 yang mencatat ada 28.579 kasus DBD, dengan kasus kematian sebanyak 209 kematian.
Kemenkes juga mencatat ada lima kabupaten dan kota dengan kasus DBD tertinggi pada tahun ini. Yaitu Kota Bandung mencapai 3.468 kasus, Tangerang 2.540 kasus, Kota Bogor 1944 kasus, Kota Kendari 1.659 kasus, dan Bandung Barat 1.576 kasus.
Laju kasus kematian terbanyak akibat dengue dilaporkan dari Kabupaten Bandung 29 jiwa, Jepara 21 jiwa, Kota Bekasi 19 jiwa, Subang 18 jiwa, dan Kendal 17 jiwa.