Riset: Kurang Tidur di Usia Paruh Baya Bisa Menaikkan Risiko Demensia Hingga 30 Persen

| 22 Apr 2021 18:30
Riset: Kurang Tidur di Usia Paruh Baya Bisa Menaikkan Risiko Demensia Hingga 30 Persen
Ilustrasi: pola tidur berpengaruh bagi kesehatan otak manusia. (Foto: Kalegin Michail/Unsplash)

ERA.id - Perhatian bagi kalian yang hingga sekarang merasa bergadang hingga larut malam, hingga kurang tidur, adalah sesuatu yang keren. Sebuah penelitian membuktikan kebiasaan itu menjadi 'bom waktu' bagi kesehatan di masa tua.

Penelitian, yang diterbitkan oleh jurnal Nature Communications, Selasa, (20/4/2021), menyebutkan bahwa kebiasaan tidur selama enam jam atau kurang dalam semalam bisa menaikkan risiko kegagalan fungsi otak di masa depan.

Kesimpulan ini diambil setelah para ilmuwan meneliti 8.000 orang selama 25 tahun. Mereka menemukan bahwa risiko demensia - penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir -  naik 30 persen "di kalangan warga berusia 50, 60, dan 70 tahun yang biasa tidur hanya enam jam atau kurang dalam semalam."

Para peneliti tersebut juga mengatakan bahwa risiko tak memandang "faktor sosiodemografis, kebiasaan, metabolis-kardio, dan kesehatan mental" seseorang. Riwayat depresi, contohnya, tidak memiliki pengaruh terhadap kondisi ini, seperti dikutip CNN dari laporan tersebut.

Tidur Tak Sekadar Mendengkur

Berdasarkan penjelasan wakil direktur Centre for Discovery Brain Sciences Universitas Edinburgh, Tara Spires Jones, yang tidak terlibat dalam penelitian itu, penelitian terbaru itu menggarisbawahi pentingnya tidur bagi fungsi otak manusia.

"Tidur juga dianggap penting dalam membersihkan protein racun yang menumpuk dalam kondisi demensia otak," kata Jones.

Sementara itu Tom Dening, kepala Centre for Dementia di Institute of Mental Health, Universitas Nottingham, berpendapat penelitian itu memuat temuan penting, yaitu bahwa gejala munculnya demensia diawali dengan adanya gangguan pola tidur seseorang.

"Namun, penelitian ini tidak bisa menunjukkan hubungan sebab-akibat," kata Denning, dikutip CNN.

"Mungkin (kurang tidur) adalah tanda-tanda akan munculnya demensia. Namun juga bisa berarti bahwa pola tidur yang buruk tidak baik bagi fungsi otak, membuat organ tersebut rentan terhadap kondisi neurodegeneratif seperti Alzheimer's disease."

Pertanyaan sebab-akibat yang mirip teka-teki 'telur dan ayam' seperti yang disampaikan Denning diperkuat oleh sejumlah penelitian di bidang demensia beberapa tahun terakhir. Namun, seperti disebutkan Elizabeth Coulthard, pakar neurologi demensia di Universitas Bristol, penelitian terbaru ini memperkuat premis bahwa pola tidur yang buruk bisa memicu demensia.

Hingga saat ini "ilmu pengetahuan belum punya cara pasti" untuk menghindari demensia, namun, seseorang bisa mengubah kebiasaan mereka untuk mengurangi risiko, sebut Sara Imarisio dari Alzheimer's Research UK.

"Bukti terkuat menunjukkan bahwa tidak merokok, minum minuman beralkohol secara tidak berlebihan, pola hidup fisik dan mental yang aktif, pola makan berimbang, dan menjaga tingkat tekanan darah dan kolesterol bisa menjaga otak tetap sehat ketika kita menua," sebut Imarisio.

Rekomendasi