ERA.id - Saat ini, isu kesehatan mental mahasiswa maupun siswa menjadi masalah utama dibeberapa negara, salah satunya Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mengeluarkan surat edaran yang berisi perintah bagi seluruh instansi pendidikan untuk menunda pembelajaran secara tatap muka, dan menggantinya dengan kelas online.
Kualitas kesehatan mental siswa dan mahasiswa yang tak bisa menjalani pembelajaran tatap muka menjadi isu penting. Adapun di antara kelompok peserta didik yang cukup rentan mengalami masalah kesehatan mental adalah mahasiswa.
Banyak mahasiswa dan siswa menghadapi masalah depresi, kecemasan, dan gangguan kesehatan mental lainnya pada tingkat yang lebih tinggi daripada populasi umum, pada tahun-tahun sebelum Covid-19 membuat dunia tidak lagi sama.
"Masalah psikologi terbanyak ditemukan pada kelompok usia, yaitu 17-26 tahun. Perempuan lebih tinggi, karena cenderung lebih rentan merasa cemas dan khawatir," ucap psikolog, Novi Poespita Chandra melalui acara virtual 60 Wanita Muda Berprestasi Penerimaan 'Glow&Lovely Bintang Beasiswa 2021' dari berbagai wilayah Indonesia pada Jumat (27/8/2021).
Selain itu, Novi mengatakan kesehatan mental sangat penting bagi mahasiswa. Sebab , masa depan sangat mempengaruhi tujuan hidup untuk kedepannya.
"Kesehatan mental punya peran penting dalam mencapai tujuan masa depan global. Problem mental akan berimplikasi pada kualitas hidup yang rendah mempengaruhi produktivitas termasuk kualitas pendidikan," paparnya.
Lebih lanjut, Novi mengungkapkan bahwa belajar online membuat siswa dan mahasiswa stres hingga cemas tingkat tinggi. Sebab kesehatan mental dan kecerdasan emosi tidak seimbang.
"Dampak pembelajaran jarak jauh terhadap tingkat stres dan kecemasan mahasiswa selama pandemi Covid-19. Pendidikan yang memanusiakan harus dikedepankan guna mencapai keseimbangan mental dan kecerdasan emosi yang akan menjadi kekuatan utama manusia masa depan," lanjutnya.