ERA.id - Kasus hepatitis akut misterius di Indonesia dipastikan bukan disebabkan oleh vaksin Covid-19. Hal ini lantaran adonovirus dalam kasus hepatitis akut misterius berbeda dengan yang digunakan untuk vaksin.
Hal itu diungkap oleh dokter anak konsultan Gastrohepatolog, Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, SpA(K). Ia menegaskan rumor yang beredar di masyarakat terkait vaksin Covid-19 menjadi penyebab utama adanya hepatitis akut misterius tidaklah benar. Hanifah mengatakan sampai saat ini belum ada bukti-bukti yang merajuk pada spekulasi tersebut.
"Hubungan itu terlalu jauh, belum ada bukti-bukti demikian. Kalau kita lihat bahwa anak-anak di Inggris, terutama di bawah 5 tahun semua itu belum dapat vaksin Covid-19," kata Hanifah di YouTube CME FKUI, Kamis (12/5/2022).
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis mikrobiologi FKUI, Dr. dr. Budiman Bela, SpMK (K) juga menjelaskan hubungan hepatitis akut misterius dengan vaksin Covid-19 adalah dua hal yang berbeda. Di mana pada kasus hepatitis akut misterius ini terkandung adenovirus 41 yang dicurigai berkaitan erat dengan kasus tersebut.
"Memang ada vaksin astrazeneca dan jhonson & jhonson mereka menggunakan vektor virus Adeno yang berbeda, yang dicuriagi menyebabkan hepatitis akut ini. Tapi perlu diingat dan dicatat bahwa vektor Adenovirus yang digunakan bukan virus yang bisa berkembang biak," jelasnya.
Sejauh ini kasus hepatitis akut misterius di Indonesia tercatat sudah menyentuh angka 18 orang yang diduga menderita hepatitis akut misterius. Sebanyak tujuh orang dinyatakan meninggal dunia yang diduga disebabkan oleh hepatitis akut misterius.
Budiman menegaskan pasien meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut misterius di bawah usia lima tahun tidak ada kaitan kuat dengan vaksin Covid-19. Tetapi dia mengatakan belum mengetahui dan masih meneliti kasus meninggal dunia dalam kondisi pasien sudah divaksin.
"Kalau untuk anak 5 tahun ke bawah bisa dikatakan tidak ada bukti. Mereka tidak pernah di vaksin (Covid-19), kalau untuk yang sudah di vaksin saya belum tau. Tapi anak-anak yang terkena itu kan 5 tahun ke bawah, jadi tidak ada bukti berhubungan dengan vaksin sebetulnya," tutupnya.