ERA.id - Duta Besar China untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Zhang Jun menyuarakan keprihatinan atas penghancuran bendungan di selatan Ukraina, yang disebut sebagai eskalasi lebih lanjut dari konflik antara Moskow dan Kiev.
"Apa yang baru saja terjadi mengingatkan kita sekali lagi bahwa apa pun bisa terjadi dalam situasi konflik," kata Zhang dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Selasa (6/6) dikutip dari Antara.
Zhang memperingatkan bahwa perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina berisiko menyebabkan penderitaan yang lebih besar dan lebih banyak bencana, menciptakan lebih banyak risiko yang serius dan tidak mungkin diprediksi.
Dia mendesak semua pihak untuk mematuhi hukum internasional.
"Kami mendesak semua pihak dalam konflik untuk mematuhi hukum humaniter internasional dan melakukan yang terbaik untuk melindungi warga dan infrastruktur sipil," kata Zhang.
Keadaan darurat diumumkan di kedua sisi bendungan Kakhovka--satu sisi dikendalikan Rusia, sisi lainnya dikendalikan Ukraina--setelah ledakan pada Selasa.
Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas ledakan yang menghancurkan sebagian bendungan yang memasok air ke pembangkit nuklir Zaporizhzhia dan Krimea, yang dianeksasi oleh Rusia pada 2014.
Insiden tersebut telah menyebabkan banjir di pemukiman terdekat.
Moskow menuduh Ukraina mencoba mengurangi pasokan air tawar untuk Krimea yang berasal dari waduk Kakhovka, sementara Kyiv mengklaim bahwa Rusia mencoba memperlambat serangan balasan yang disiapkan.
Kedua belah pihak meminta pertemuan mendesak Dewan Keamanan PBB, di mana Zhang menyuarakan bahwa Beijing sangat prihatin tentang konsekuensi potensial dari ledakan bendungan tersebut.
Zhang juga mencatat bahwa Badan Energi Atom Internasional menegaskan insiden tersebut belum menimbulkan risiko bagi keselamatan pembangkit nuklir Zaporizhzhia.
"Namun, air di waduk terus surut, dan tidak mungkin untuk terus memompa air ke PLTN di masa mendatang," ujar dia.