ERA.id - Reporters Without Borders (RSF) mengatakan militer Isreal sengaja menargetkan jurnalis sebagai sasaran tembak. Israel disebut melancarkan dua serangan dari arah yang sama dalam waktu singkat.
Issam Abdallah, jurnalis Reuters yang tewas dalam serangan di dekat perbatasan Israel-Lebanon sengaja menjadi sasaran militer Israel bersama enam jurnalis lainnya. RSF mengatakan Israel sengaja meluncurkan serangan dari arah yang sama sebanyak dua kali.
"Dua serangan di tempat yang sama dalam waktu yang singkat (hanya lebih dari 30 detik), dari arah yang sama, jelas menunjukkan sasaran yang tepat," kata RSF, dikutip Reuters, Senin (30/10/2023).
Jurnalis video Issam Abdallah terbunuh di Lebanon selatan pada 13 Oktober saat meliput pertempuran antara militer Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon.
Enam jurnalis lainnya, termasuk juru kamera Al Jazeera Elie Brakhia dan reporter Carmen Joukhadar, terluka ketika dua butir amunisi menghantam desa Alma al-Shaab secara berurutan.
"Tidak mungkin jurnalis disalahartikan sebagai kombatan (sasaran), terutama karena mereka tidak bersembunyi untuk mendapatkan pandangan yang jelas, mereka telah berada di tempat terbuka selama lebih dari satu jam, di puncak bukit," tegas RSF.
Lalu, kata RSF, para jurnalis yang bekerja pun sudah dilengkapi dengan helm dan rompi antipeluru dengan tanda 'press'. Bahkan mobil mereka juga memiliki tanda di bagian atap yang menandakan bahwa mereka jurnalis.
"Mereka mengenakan helm dan rompi antipeluru bertanda 'press'. Mobil mereka juga diidentifikasi sebagai 'press' berkat tanda di atapnya," katanya.
Meskipun RSF tidak secara langsung menyatakan tanggung jawab kepada Israel, organisasi advokasi kebebasan pers mengatakan para jurnalis telah menyaksikan helikopter militer Israel di dekat lokasi kejadian dan serangan tersebut datang 'dari arah perbatasan Israel'.
Jaringan Media Al Jazeera menuduh militer Israel sengaja menargetkan para jurnalis untuk membungkam media, dan mengutuk serangan tersebut sebagai bagian dari pola 'kekejaman berulang' terhadap jurnalis.
Meski demikian militer Israel belum mengakui tanggung jawab atas serangan tersebut. Namun seorang juru bicara sebelumnya mengatakan para pejabat 'sangat menyesal' atas kematian Abdallah dan akan melakukan penyelidikan.
Pejabat Israel awal tahun ini meminta maaf karena membunuh jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh setelah mengakui ada 'kemungkinan besar' dia terkena peluru tentara Israel. Israel menolak mengajukan tuntutan terhadap siapa pun atas kematian reporter veteran Palestina-Amerika tersebut.
Setidaknya 34 jurnalis Palestina telah tewas dalam serangan udara Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel, menurut kementerian kesehatan di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Sementara empat jurnalis Israel tewas dan satu pensiunan jurnalis ditangkap dalam serangan mendadak Hamas terhadap komunitas di Israel selatan, menurut Federasi Jurnalis Internasional.