Buntut Air Limbah PLTN Fukushima, China Tuntut Jepang untuk Bayar Kompensasi

| 13 Mar 2024 02:35
Buntut Air Limbah PLTN Fukushima, China Tuntut Jepang untuk Bayar Kompensasi
Foto yang diambil pada 6 Maret 2023 ini menunjukkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di Futabacho, Futabagun, Prefektur Fukushima, Jepang. (Antara/ZhangXiaoyu)

ERA.id - Kerusakan lingkungan hingga ekonomi akibat pelepasan air limbah radioaktif ke laut dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima memicu perselisihan antar-negara, seperti halnya China dan Jepang.

Baru-baru ini, China menuntut Jepang untuk mulai menerapkan sistem pembayaran kompensasi akibat air limbah dari PLTN Fukushima. 

Sumber-sumber diplomatik mengatakan, sejumlah petinggi China sudah beberapa kali menyampaikan permintaan itu kepada Jepang tahun lalu, namun Jepang menolak dengan dalih Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyimpulkan pembuangan air limbah itu aman.

Kendati demikian, China kemungkinan besar tidak akan mencabut tuntutannya.

Sementara itu, Beijing telah memberlakukan larangan impor semua produk makanan laut dari negara tetangganya itu sejak pembuangan air limbah dimulai pada Agustus 2023.

Kedua negara itu akhirnya berselisih soal larangan impor dari China. Jepang telah mendesak China untuk segera mencabut pembatasan perdagangan, tetapi Beijing menuduh Tokyo membuang air yang terkontaminasi limbah nuklir.

Pada Juli 2023, IAEA menyerahkan laporan kepada Jepang yang menyimpulkan pelepasan air PLTN Fukushima sesuai standar keselamatan global dan dampak radiologis pembuangan itu terhadap manusia dan lingkungan dapat diabaikan.

Namun, China menegaskan, pembentukan sistem pembayaran kompensasi merupakan satu dari "tiga mekanisme utama" untuk menangani masalah pembuangan air limbah, selain membangun sistem pemantauan mereka sendiri dan berdialog dengan Jepang.

Seorang sumber juga mengatakan, China kemungkinan mengusulkan kompensasi untuk mendapatkan pengaruh dalam negosiasi dengan Jepang mengenai masalah pembuangan air.

Pada pertemuan terakhir di San Francisco pada November 2023, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden China Xi Jinping bersepakat untuk mencari cara menyelesaikan masalah itu melalui konsultasi dan dialog konstruktif. Kedua pemimpin juga menegaskan bahwa pembicaraan itu akan didasarkan pada ilmu pengetahuan.

Pada Januari, Jepang dan China mengadakan pertemuan daring yang melibatkan Tokyo Electric Power Company Holdings Inc. dan operator PLTN Fukushima mengenai larangan impor oleh Beijing dan masalah lainnya, tetapi tidak ada kemajuan yang dicapai dalam pertemuan itu. (Ant)

Rekomendasi