ERA.id - Sosok pemimpin Gereja Katolik dunia, Paus Fransiskus, mengundang sorotan dunia setelah tiba di Indonesia dengan menumpangi pesawat komersil. Kesederhanaan Paus Fransiskus ini berbanding terbalik dengan Flice Peretti alias Sixtus V.
Sixtus V merupakan salah satu tokoh penting dan berpengaruh bagi nasib Roma di tahun 1585-1590. Sixtus V dipilih sebagai pemimpin Gereja Katolik dunia oleh Paus Gregorius XIII sebelum meninggal dunia.
Pemilihan Sixtus V ini dinilai karena dia lebih kuat dibandingkan beberapa kandidat meski usianya saat itu hampir 60-an. Dia memulai kepausannya pada 4 April 1585, yang menimbulkan kontroversi di kalangan umat Katolik.
Selama kepemimpinannya, Sixtus V mengubah tata kota sesuai dan melakukan berbagai gebrakan lainnya hingga dinilai memiliki kemampuan supranatural. Lewat tangan besinya, Sixtus V berhasil memberantas banyak bandit di Colosseum, yang pada masa itu selalu gagal dilakukan.
Paus Sixtus V gemar menyamar dan penggal kepala
Lewat penyamarannya, Sixtus V berpura-pura menjadi pertapa sambil membawa sebotol anggur di jubahnya. Para bandit yang kerap kali membuat onar itu pun diajak berbicara oleh Sixtus V sambil memanggang daging di atas api unggun, sebagaimana dikutip Britannica.
Ketika berkumpul, Sixtus V mengeluarkan kata-kata 'ini tidak akan berlangsung selamanya' kepada para bandit. Dia kemudian menuangkan sebotol anggur yang telah dicampur obat bius sehingga satu per satu bandit itu pingsan.
Saat para bandit pingsan, Sixtus V meninggalkan Colosseum sambil memberi isyarat kepada para penjaga. Keesokan harinya, para bandit sudah tergantung di perancah.
Dalam kasus lain, pria yang lahir di Negara Kepausan Grottammare itu kembali mengeksekusi seorang pemilik penginapan karena bertindak nakal soal takaran anggur. Dia menyamar sebagai pembeli anggur sambil mengerjai pemilik penginapan itu berkali-kali.
Pemilik yang kesal kemudian mengeluarkan umpatan karena muak dengan gangguan yang sengaja dilakukan Sixtus V. Keesokan harinya, dia mendapati bahwa sebuah perancah dipasang di dekatnya.
Tetapi pemilik penginapan itu justru berpikir akan ada orang lain yang dieksekusi dan akan menarik perhatian banyak orang untuk mampir ke tempatnya. Sayangnya dua orang pertama yang datang ke tempatnya justu merupakan seorang algojo dan asistennya yang langsung mengeksekusi pemilik penginapan itu di tengah alun-alun.
Tidak berhenti sampai di situ saja, tindakan Paus yang membuat para algojonya juga terjadi saat dia memerintahkan pembangunan perancah di Piazza del Popolo. Paus memerintahkan untuk menggantung orang pertama yang memasuki kota tanpa tahu siapa yang akan datang.
Keesokan harinya, seorang pemuda hampir melewati gerbang kota dan berhenti seketika begitu menyadari ada perancah di depannya. Namun selangkah sebelum melewati gerbang, dia berhenti dan berlutut untuk mengencangkan sepatunya.
Di sisi lain seorang lelaki tua tiba-tiba datang dan melewati gerbang yang sudah dijaga oleh para algojo. Lelaki tua itu diberi tahu bahwa dia akan menjalani eksekusi.
Lelaki tua itu lantas membeku dan mengangkat tangannya sambil memohon ampun kepada Tuhan. Dia berkata, "Ya Tuhan yang Mahakuasa, betapa adilnya Engkau!".
Belakangan diketahui bahwa dia membunuh semua anggota keluarganya sendiri dan melakukan beberapa kejahatan lain tetapi tidak pernah ditangkap. Para algojo pun langsung melakukan eksekusi kepada lelaki tua itu.
Sisi supranatural yang dimiliki Sixtus V bukan hanya itu saja. Di Roma, seorang pemilik properti menjalankan bisnis lewat patung kayu Kristus yang bisa mengeluarkan darah.
Pemilik properti itu mendapat keuntungan besar lewat bisnis yang dia jalankan. Banyak orang yang berbondong-bondong untuk datang melihat hingga terdengar di telinga Paus.
Ketika tiba di lokasi patung Kristus berdarah, Paus lantas meminta kapak sambil mengucapkan, "sebagai Kristus, aku menyembah-Mu, sebagai kayu, aku menghancurkan-Mu". Begitu pecah, terungkap patung Kristus berdarah itu hanyalah buatan semata.
Patung kayu Kristus itu diisi oleh spons yang dibasahi dengan darah hewan dan seutas tali, yang jika ditarik akan meremas spons tersebut sehingga mengeluarkan darah. Pemilik properti itu dibawa ke Roma dan dijatuhi hukuman mati.
Berbagai tindakan Sixtus V itu menggemparkan Roma dan Italia. Terlebih di masa-masa akhir jabatannya, Sixtus V menentang soal aborsi. Menurutnya, anak-anak yang digugurkan tidak dapat masuk surga dan menuntut siapa pun yang melakukan aborsi akan dikucilkan di gereja.
Di tengah berbagai tindakannya itu, Sixtus V secara mendadak terserang demam tinggi dan terus memburuk. Belakangan dia didiagnosis gejala malaria yang kemudian merenggut nyawanya pada 27 Agustus 1590.
Selama kehidupannya, pria yang lahir pada 13 Desember 1521 itu menjadi pemimpin Gereja Katolik di dunia selama lima tahun. Setelah kepergiannya, Urban VII ditunjuk sebagai penggantinya.