ERA.id - Presiden Rusia Vladimir Putin mengucapkan selamat kepada Donald Trump atas kemenangannya dalam pemilihan umum AS. Putin juga memuji sikap Trump dalam upaya pembunuhannya selama kampanye.
Dalam pernyataan publik pertamanya sejak kemenangan Trump, Putin menyinggung keberanian Trump saat menjadi target pembunuhan selama kampanye di Pennsylvania pada bulan Juli lalu. Putin menyebut Trump seperti pria sejati.
"Menurut pendapat saya, ia berperilaku dengan cara yang sangat benar, berani, seperti pria sejati," kata Putin, dikutip Reuters, Jumat (8/11/2024).
"Saya menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan selamat kepadanya atas pemilihannya," tambahnya.
Putin mengatakan bahwa pernyataan yang dibuat Trump selama kampanye pemilihan tentang Ukraina dan pemulihan hubungan dengan Rusia patut mendapat perhatian.
"Apa yang dikatakan tentang keinginan untuk memulihkan hubungan dengan Rusia, untuk mengakhiri krisis Ukraina, menurut pendapat saya, setidaknya patut mendapat perhatian," kata Putin.
Selama kampanye, Trump mengatakan bahwa ia dapat membawa perdamaian di Ukraina dalam waktu 24 jam jika terpilih. Namun dia belum memberikan banyak perincian tentang bagaimana ia akan berusaha mengakhiri perang darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Terkait hal itu, pemimpin berusia 72 tahun itu hanya memberikan satu catatan peringatan untuk Trump.
"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi sekarang. Saya tidak punya petunjuk," ujarnya.
Ketika ditanya oleh seorang penanya tentang apa yang akan ia lakukan jika Trump menelepon untuk mengusulkan pertemuan, Putin mengatakan ia siap untuk melanjutkan kontak jika pemerintahan Trump menginginkannya, dan siap untuk berdiskusi dengan Trump.
Rusia dan Trump telah berulang kali menepis sebagai omong kosong beberapa klaim di media Barat bahwa Trump adalah semacam agen pengaruh Rusia. Pejabat Rusia mengatakan bahwa selama masa jabatan pertamanya, dari 2017 hingga 2021, Trump bersikap keras terhadap Rusia.
Penasihat Khusus AS Robert Mueller menyelidiki tuduhan kolusi antara kampanye Trump dan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016, tetapi mengatakan dalam laporan tahun 2019 bahwa ia tidak menemukan bukti konspirasi.
Moskow juga telah berulang kali membantah pernyataan AS bahwa Rusia mencampuri pemilihan presiden 2024 dan pemilihan presiden lainnya serta menyebarkan disinformasi dalam upaya untuk menimbulkan kekacauan.