ERA.id - Presiden Iran, Hassan Rouhani menyebut pada Sabtu (15/8/2020) kemarin, bahwa Pemerintah Amerika Serikat mengalami suatu kekalahan yang memalukan, usai Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menolak usulan resolusi untuk memperpanjang embargo senjata Iran.
"Saya tidak mengingat bahwa AS menyiapkan sebuah resolusi selama berbulan-bulan untuk menyerang Republik Islam Iran, dan mereka hanya mendapatkan satu suara setuju," kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan di televisi.
"Namun keberhasilan terbesar adalah ketika AS kalah dengan penghinaan dalam konspirasi ini," ujar dia menambahkan.
Anggota DK PBB melangsungkan pemungutan suara untuk usulan AS terkait embargo senjata Iran pada Jumat (14/8). Rusia dan China menolak, sementara 11 negara anggota lainnya, termasuk Indonesia, Prancis, Jerman, dan Inggris memilih abstain, hanya AS dan Republik Dominika yang memberi suara setuju.
Embargo senjata Iran yang dijatuhkan oleh PBB akan segera mencapai tenggat berdasarkan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dengan kekuatan dunia, yang memfasilitasi pencabutan sejumlah sanksi internasional terhadap Iran sebagai imbalan atas penangguhan program nuklir negara itu.
AS sendiri keluar dari kesepakatan tersebut pada 2018. Kini AS dapat menggunakan ancaman untuk memicu kembali dijatuhkannya semua sanksi PBB terhadap Iran dengan ketentuan dalam kesepakatan nuklir atau disebut sebagai snapback.
Para diplomat mengatakan bahwa AS mungkin akan melakukan hal tersebut secepatnya pada pekan depan, namun negara itu akan mendapatkan perlawanan keras dan sulit.