ERA.id - Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengurangi masa karantina yang harus dijalani seseorang dari 14 hari menjadi tujuh atau 10 hari setelah terpapar virus korona baru.
Panduan yang dirilis pada Rabu, (2/12/2020), menyatakan bahwa orang yang kontak erat dengan seorang yang mengidap COVID-19 boleh mengakhiri masa karantinanya jika di hari ketujuh tesnya menunjukkan hasil negatif, atau bila ia selesai isolasi mandiri di hari ke-10.
CDC mendefinisikan kontak erat sebagai pertemuan selama minimal 15 menit dari jarak 2 meter atau kurang dengan orang yang mengidap COVID-19.
Namun, seperti diberitakan USA Today yang mengutip Dr. Henry Walke, manajer insiden COVID-19 di AS, seluruh warga yang melakukan isolasi mandiri harus terus mengawasi adanya gejala selama 14 hari penuh setelah terpapar virus.
CDC membuat keputusan ini setelah mempelajari data dan pemodelan dari tim mereka dan juga dari tim riset lainnya. Kata Walke, isolasi mandiri selama 14 hari masih tetap yang paling baik, namun periode tujuh atau 10 hari bisa dijadikan alternatif.
Sebuah meta-analisa dari 1.500 riset yang dilakukan sejak 2003 hingga Juni 2020, yang di antaranya mencakup 79 penelitian tentang viurs SARS-CoV-2, telah dirilis di jurnal The Lancet Microbe pada pertengahan November lalu. Penelitian itu menemukan bahwa penularan virus hanya terjadi dalam 10 hari sejak gejala infeksi muncul.
"Pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 lebih beresiko menulari orang lain selama pekan pertama penyakit itu," demikian ditulis di penelitian the Lancet itu.
Walke sendiri berharap bahwa berkurangnya masa wajib isolasi mandiri akan mendorong warga AS lebih tertib dengan panduan kesehatan selama pandemi tersebut, serta lebih kooperatif dengan para petugas telusur penularan COVID-19.
"Mengurangi lamanya karantina akan mempermudah (warga) melakukan langkah-langkah kesehatan yang diperlukan karena juga mengurangi beban ekonomi yangdiakibatkan oleh masa isolasi mandiri yang lebih lama, terutama bila mereka tidak bisa bekerja selama masa isolasi tersebut," kata dia dalam sebuah konferensi pers.
"Selain itu, masa karantina yang lebih singkat akan mengurangi tekanan dari sistem kesehatan publik terutama ketika tingkat penularan melonjak dengan cepat."
Dr. Amesh Adalja, seorang dokter penyakit menular di Johns Hopkins Center, mengatakan bahwa jika seseorang tidak menunjukkan gejala COVID-19 dalam 10 hari, maka kemungkinan besar ia tidak terinfeksi.
"Ilmu pengetahuan makin memahami bahwa masa karantina 10 hari adalah hal yang cukup valid," kata dia. "Ini langkah yang baik. Ini akan membuat orang makin bersedia mematuhi aturan."
AS sendiri mengikuti beberapa negara Eropa yang telah lebih dulu mempersingkat masa isolasi mandiri. September lalu, Prancis memangkas masa karantina mandiri orang yang terpapar COVID-19 dari 14 hari menjadi 7 hari, atau, seperti disebut Perdana Menteri Prancis Jean Castex sebagai "masa paling beresiko terjadinya penularan."
Jerman juga telah mengurangi masa isolasi mandiri bagi para wisatawan dari negara beresiko COVID-19 menjadi 10 hari saja.