Mutasi 'Unik' COVID-19 di Inggris, Ilmuwan Imbau Publik Tetap Tenang

| 21 Dec 2020 11:15
Mutasi 'Unik' COVID-19 di Inggris, Ilmuwan Imbau Publik Tetap Tenang
Ilustrasi suasana Kota London, Inggris, di tengah pandemi Coronavirus Disease (COVID-19). (Foto: Max van den Oetelaar/Unsplash)

ERA.id - Sebuah varian baru dari virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Coronavirus Disease (COVID-19) menyebar di Inggris, memaksa Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk membatalkan pelonggaran pembatasan sosial selama musim liburan Natal dan Tahun Baru, Sabtu (19/12/2020).

Berdasarkan laporan The Guardian, Senin, kepala kantor kesehatan Inggris, Chris Whitty, mengatakan bahwa varian virus yang saat ini banyak ditemukan di kawasan Inggris tenggara punya tingkat penularan yang 70 persen lebih kuat, dan secara medis bisa meningkatkan nilai R (atau derajat penularan) hingga 0.4 poin.

Berdasarkan data terkini, mutasi ini tidak terlihat memperparah infeksi atau meningkatkan tingkat kematian pada pasien yang diinfeksi.

Mutasi virus sendiri terjadi sepanjang waktu, sehingga para ilmuwan mengaku tidak heran akan menemukan mutasi virus ini. Dr. Muge Cevik, anggota kelompok konsul medis untuk penyakit menular baru di Inggris (Nervtag) mengatakan ada 4.000 mutasi SARS-CoV-2 di dunia saat ini. Dari jumlah itu hanya segelintir mutasi saja yang memberikan dampak khusus.

Dalam pernyataan tertulis, Minggu, Nervtag mengaku "cukup yakin" bahwa varian virus yang ada di Inggris meningkatkan tingkat penularan dibandingkan dengan varian lainnya. Namun, para peneliti di kelompok tersebut mewanti-wanti bahwa hasil analisa tersebut masih bersifat permulaan.

Data yang dikumpulkan para ilmuwan Inggris memperkuat asumsi tersebut, yaitu ia mudah menular. Namun, seperti dikatakan Stuart Neil, profesor virologi dari King's College London, asumsi tersebut belum dikonfirmasi lewat penelitian laboratorium.

Seperti disampaikan The Guardian, varian virus ini beberapa pekan lalu hanya menyebabkan 10-15 persen kasus infeksi COVID-19. Namun, pekan lalu, angkanya melonjak menjadi 60 persen dari seluruh kasus korona di Inggris.

Setelah dirilisnya analisa oleh Konsorsium Genome Inggris, Sabtu lalu, ilmuwan di beberapa negara mulai menemukan keberadaan varian yang dimaksud ini. Koran the New York Times mengabarkan bahwa mutasi ini ditemukan di Bandara Fiumicino, Roma, dan menginfeksi seorang pasien yang baru saja pulang dari Inggris. Kemungkinan besar pengumuman dari negara lain akan menyusul.

Sejumlah pakar menghimbau agar publik tetap tenang. Jess Bloom, pakar evolusi biologi di Fred Hutchinson Cancer Research Center, mengatakan bahwa mutasi yang beredar saat ini masih sanggup ditangani oleh vaksin COVID-19.

"Tak ada yang perlu khawatir sistem imun dan antibodi manusia akan diruntuhkan oleh sebuah mutasi tunggal," kata Jesse.

"(Penyakit) seperti itu membutuhkan proses selama bertahun-tahun dan akumulasi mutasi virus dalam jumlah tertentu," kata dia. "Ia tak muncul secara seketika."

Rekomendasi