Bilang Prihatin Soal Kerja Paksa Xinjiang, Nike Dihujat Warganet China

| 25 Mar 2021 13:22
Bilang Prihatin Soal Kerja Paksa Xinjiang, Nike Dihujat Warganet China
Ilustrasi: brand olahraga Nike. (Foto: Thomas Serer/Flickr)

ERA.id - Kemarahan terhadap Nike Inc meletus di media sosial China pada Rabu (24/3) malam setelah warganet China melihat pernyataan dari produsen barang-barang olahraga itu yang mengatakan pihaknya "prihatin" dengan laporan kerja paksa di daerah Xinjiang, China.

Pihak Nike dalam pernyataannya menggarisbawahi bahwa suplai kapas mereka tidak berasal dari daerah tersebut.

Pada Kamis, topik seputar pernyataan Nike ini menjadi salah satu yang hangat dibicarakan di media sosial Weibo, platform media sosial terpopuler di China. Imbasnya, brand olahraga asal Amerika Serikat itu dikritik habis-habisan.

Aktor populer asal China Wang Yibo memutuskan kontraknya sebagai perwakilan Nike untuk menanggapi kritik media sosial atas pernyataan Nike soal Xinjiang, kata agensi yang menaungi Wang dalam sebuah pernyataan di Weibo, dilansir dari ANTARA, Kamis, (25/3/2021).

Tidak jelas kapan Nike mengeluarkan pernyataannya karena tidak tertera tanggalnya, dan Nike belum dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

"Kami prihatin dengan laporan kerja paksa di, dan terkait dengan, Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang (XUAR)," kata Nike dalam pernyataan itu.

"Nike tidak mengambil produk dari XUAR dan kami telah mengonfirmasi dengan pemasok kontrak kami bahwa mereka tidak menggunakan bahan tekstil atau benang pintal dari wilayah tersebut," demikian pernyataan Nike itu.

Pernyataan Nike itu muncul setelah Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris dan Kanada pada Senin (22/3) memberlakukan sanksi terhadap sejumlah pejabat China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. China membalas hal itu dengan sanksi terhadap para anggota parlemen dan institusi Eropa.

Setidaknya satu perusahaan pengecer daring China tampaknya menolak produk H&M di tengah serangan media sosial pada Rabu terhadap perusahaan Swedia tersebut karena mengatakan pihaknya "sangat prihatin" tentang laporan kerja paksa di wilayah paling barat China, Xinjiang.

Rekomendasi