Dua Pekan Sebelum Presiden Dibunuh, Bos Geng Haiti Deklarasi 'Revolusi'

| 07 Jul 2021 22:20
Dua Pekan Sebelum Presiden Dibunuh, Bos Geng Haiti Deklarasi 'Revolusi'
Arsip: Pengunjuk rasa melewati ban yang dibakar di tengah demonstrasi menuntut pengunduran diri Presiden Haiti Jovenel Moise, Rabu, (18/11/2020). (Foto: REUTERS/Andres Martinez Casares/WSJ/djo)

ERA.id - Akhir Juni lalu, satu dari sejumlah bos geng kriminal di Haiti sempat menyatakan akan melakukan "revolusi" terhadap elit taipan dan politik Haiti. Hampir dua pekan kemudian, (7/7/2021), situasi kacau balau memuncak pada aksi pembunuhan atas Presiden Jovenel Moise.

Aksi kejahatan di Haiti pada pekan-pekan terakhir Juni, berdasarkan laporan Al Jazeera, makin intens. Kelompok geng saling menyerang rivalnya. Kekerasan di negara tersebut telah mencapai "tingkat yang tak pernah terjadi sebelumnya", seperti disebutkan oleh PBB.

Revolusi Go

Di antara pentolan geng tersebut ada Jimmy Cherizier. Ia punya julukan lain, 'Barbecue'. Pria ini merupakan eks polisi yang kemudian memimpin kelompok Go, yaitu federasi sembilan kelompok geng yang terbentuk pada tahun lalu.

Pada Rabu, (23/6/2021), dikelilingi anggota yang membawa parang dan senjata api, ia membuat pernyataan di depan media lokal di pemukiman La Saline. Kata dia, seperti diberitakan Al Jazeera: Go bertekad menjadi kekuatan revolusioner untuk menyelamatkan Haiti dari pihak oposisi, pemerintah, dan kelas borjuis Haiti.

Pihak pemerintah disebutkan belum berkomentar atas pernyataan Cherizier. Namun, sejumlah aktivis HAM meyakini ucapan Cherizier lebih diarahkan ke pihak oposisi.

Cherizier sendiri sudah dikenal sebagai terduga dalang aksi pembantaian terhadap warga sipil yang terjadi beberapa tahun terakhir. Namun, pria tersebut memandang dirinya pemimpin komunitas yang mengisi ruang hampa yang ditinggalkan institusi pemerintahan.

Pertengahan lalu, kelompok Cherizier menjarah beberapa toko di Port-au-Prince. Uniknya, sebagian besar warga, demikian dilaporkan Al Jazeera, ikut menjarah karena sama-sama merasa kelaparan.

"Yang ada di bank, toko, supermarket, dan toko distributor adalah uang kalian, jadi pergi ke sana dan ambil yang menjadi hakmu," kata si pemimpin geng dalam sebuah komentar di media sosial.

Organisasi Center for Human Rights Analysis and Research menyebut kekacauan di Haiti saat ini dipicu perebutan politik, makin akutnya kemiskinan, dan adanya impunitas bagi para elit. Pemilu presiden dan legislatif - yang rencananya berjalan akhir tahun ini - juga dianggap makin mendesak kelompok geng bertindak lebih kasar.

Sementara itu, polisi Haiti tak memiliki perlengkapan memadai untuk melawan geng-geng yang senjatanya justru lebih mutakhir (yang pendanaannya didapat lewat uang tebusan penculikan). Banyak polisi tewas saat berusaha membasmi para geng.

Pada Rabu, (7/7/2021), tepat dua pekan sejak Cherizier membuat pernyataan revolusi, kelompok bersenjata yang identitasnya belum diketahui, memasuki rumah Presiden Jovenel Moise. Mereka membunuh Presiden Mosei, 53 tahun,  serta melukai istrinya, demikian disampaikan perdana menteri pelaksana Haiti, Claude Joseph.

Tampuk pemerintahan kini dipegang oleh Joseph. Ia mendesak masyarakat agar tetap tenang dan berusaha meyakinkan bahwa polisi serta militer bakal menjaga keamanan negeri.

Rekomendasi