ERA.id - Pemerintah Taliban resmi melarang wanita muncul di acara televisi terutama drama. Aturan ini ditetapkan untuk wanita Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban.
Sejak menduduki Afghanistan, Taliban tercatat banyak mengubah kebijakan dan juga aturan yang dinilai tidak masuk akal. Menurut laporan BBC, Senin (22/11/2021), Taliban bahkan mewajibkan wartawan dan presenter wanita untuk mengenakan jilbab.
Meski membuat aturan tersebut, tidak diketahui pasti jilbab jenis atau seperti apa yang wajib untuk dipakai selama siaran.
Seorang anggota organisasi yang mewakili wartawan di Afghanistan, Hujjatullah Mujaddedi, mengatakan pengumuman pembatasan baru itu tidak terduga.
Dia mengatakan kepada BBC bahwa beberapa aturan tidak praktis dan jika diterapkan, lembaga penyiaran mungkin terpaksa ditutup.
Sejak merebut kekuasaan Afghanistan dari Amerika Serikat, Taliban banyak mengubah aturan yang sebelumnya sudah ditetapkan. Di mana aturan baru itu menimbulkan kekhawatiran warga akan keselamatan dan kebebasan mereka, terutama wanita.
Saat merebut Afghanistan di bulan Agustus, Taliban telah menginstruksikan anak wanita dan wanita muda untuk tetap berada di dalam rumah.
Bahkan selama pemerintahan mereka sebelumnya pada 1990-an, perempuan dilarang mendapatkan pendidikan dan tempat kerja.
Sementara itu, kumpulan aturan Taliban terbaru, yang telah dikeluarkan untuk saluran televisi Afghanistan, berisi delapan aturan baru.
Larangan itu termasuk pelarangan film yang dianggap bertentangan dengan prinsip Syariah atau hukum Islam, dan nilai-nilai Afghanistan, sementara rekaman pria yang memperlihatkan bagian tubuh yang intim juga ikut dilarang.
Pertunjukan komedi dan hiburan yang menghina agama atau mungkin dianggap menyinggung warga Afghanistan juga dilarang. Taliban bersikeras bahwa film asing yang mempromosikan nilai-nilai budaya asing tidak boleh disiarkan.
Padahal saluran televisi Afghanistan kebanyakan menayangkan drama asing dengan pemeran utama wanita.
Keputusan Taliban sebelumnya untuk memerintahkan anak wanita dan wanita muda untuk tinggal di rumah dari sekolah membuat Afghanistan menjadi satu-satunya negara di dunia yang melarang separuh penduduknya mendapatkan pendidikan.
Walikota ibukota, Kabul, juga mengatakan kepada pegawai kotamadya wanita untuk tinggal di rumah kecuali pekerjaan mereka tidak dapat diisi oleh seorang pria.
Taliban mengklaim bahwa pembatasan mereka pada perempuan yang bekerja dan belajar anak perempuan adalah "sementara" dan hanya di tempat untuk memastikan semua tempat kerja dan lingkungan belajar "aman" bagi mereka.