Kisah Perjuangan 5 Pelaku Usaha Kuliner yang Melaju dan Naik Kelas

| 28 Aug 2023 14:58
Kisah Perjuangan 5 Pelaku Usaha Kuliner yang Melaju dan Naik Kelas
Dawet Telasih Yu Dermi (Dok. Instagram)

ERA.id - Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terus memiliki peran dan kontribusi terhadap perekonomian bangsa. Di tengah dinamika pasar, UMKM dituntut untuk dapat mengakomodasi kebutuhan konsumen dan meningkatkan usahanya secara berkelanjutan.

Berbekal pemahaman dan komitmen untuk terus menjadi mitra terbaik bagi pertumbuhan UMKM kuliner lokal, di momentum Hari Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia tahun ini GoFood bagikan kisah perjuangan dan kegigihan dari pelaku UMKM kuliner yang mampu naik kelas bersama-sama serta memberikan efek domino terhadap lingkungan sekitarnya.

1. Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr

Pertahankan resep keluarga dan gigih bawa jajanan tradisional naik kelas melalui adaptasi ke platform online food delivery.

Sering diburu masyarakat lokal hingga wisatawan, kelezatan Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr ternyatanberasal dari resep mertua yang telah berjualan leker keliling di wilayah Gajahan sejak 1968. Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr yang didirikan pada 2012 dikelola oleh sang menantu Sulistyono yang menikahi anak terakhir Bapak Fathoni yakni Ibu Maya Afin Suryani. Berbekal pengetahuan resep dari sang mertua, Tyo sukses mengembangkan Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr dan menjadikannya salah satu ikon kuliner khas Solo.

Tyo menjajakan menu andalannya dari bazaar kuliner di kampung hingga ke mall. Tak disangka, ternyata Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr mendapatkan antusiasme positif dari pengunjung. Hal ini yang mendorong Tyo untuk berani membuka outlet pertamanya di Solo Paragon Mall. Melihat antusiasme dan adanya permintaan pelanggan untuk menyediakan pesan-antar makanan, Tyo memutuskan bergabung  dengan GoFood pada 2017.

 

 

 

 

 

Lihat postingan ini di Instagram

Mengandalkan cita rasa dan resep tradisional dari masa ke masa, Tyo dan istri bercita-cita menjadikan leker jajanan yang naik kelas. “Leker termasuk makanan ringan yang harus segera dikonsumsi dalam keadaan hangat agar cita rasa tetap terjaga. Berkat GoFood, Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr sangat terbantu untuk dapat mengirimkan pesanan pelanggan dengan cepat sehingga cita rasa tetap terjaga. Bahkan, saat pandemi 50% pendapatan Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr berasal dari GoFood,” ucap Sulistyono.

Tumbuh bersama, kini Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr makin mengembangkan usahanya dengan memiliki 6 cabang di wilayah Gajahan, food factory Solo Paragon Mall, street food Solo Paragon Mall, The Park Mall, Luwes Gentan Park, Rest Area KM 456 tol Salatiga, dan mempekerjakan 20 karyawan.

2. Selat Viens

Mampu bertahan lebih dari 10 tahun, semangat berinovasi lewat platform online jadi jurus jitu bangkitkan kuliner legendaris khas Solo.

Viens didirikan pada 2008 oleh pasangan suami istri Bapak Hariyadi dan Ibu Sri Sumarni dan menjadi salah satu restoran ikonik yang menyajikan berbagai hidangan dengan cita rasa khas Kota Solo. Mengusung konsep daily food, Selat Viens menawarkan pengalaman mudah bagi pelanggan yang ingin menikmati makanan khas Solo untuk sehari-hari dan kapanpun dengan harga terjangkau.

Setelah 8 tahun beroperasi, usaha Selat Viens dikelola oleh Serra Argo Rianda yang merupakan anak pertama Bapak Hariyadi dan Ibu Sri Sumarni. Serra, lelaki berusia 35 tahun asal Solo ini, melakukan berbagai inovasi untuk membuat Selat Viens terus mengikuti tren dan menjadi kuliner andalan warga Solo.

(Foto: Instagram)

Salah satunya dengan menanamkan sistem self-service di resto, agar pelanggan dari kalangan anak muda dan pekerja kantoran dapat menikmati pesanannya dengan cepat. Selain inovasi layanan, Serra membuka jangkauan pasar yang lebih luas dengan mendaftarkan Selat Viens di GoFood pada 2017. Hal ini menjadi salah satu strategi Serra untuk tidak hanya mengandalkan pendapatan secara dine in dari pelanggan.

3. Soto Seger Hj. Fatimah

Berbekal semangat juang turun temurun, tebarkan cita rasa soto khas Solo ke penjuru Jawa Tengah.

Berdiri sejak 1998, restoran legendaris satu ini sebelumnya dikenal dengan nama Soto Seger Mbok Giyem Boyolali, dan berganti nama menjadi Soto Seger Hj. Fatimah pada 2016. Soto Seger Hj. Fatimah dikelola oleh Ibu Fatimah yang merupakan anak terakhir dari Mbok Giyem. Kuliner soto khas Solo ini menawarkan menu pendamping yang variatif, mulai dari jenis sate hingga gorengan yang dapat dinikmati oleh para pelanggan.

Sejak berganti nama, anak pertama Ibu Fatimah, yakni Hero Novianto berjuang dengan gigih untuk membawa perubahan agar nama baru Soto Seger Hj. Fatimah dapat dikenal secara luas. Salah satu strateginya adalah meningkatkan visibilitas Soto Seger Hj. Fatimah dengan cara bergabung bersama GoFood pada 2020.

Hero Novianto mengatakan, “Ketika pandemi melanda, GoFood sangat membantu Soto Seger Hj. Fatimah di waktu yang sulit. Hampir 50% omzet kami berasal dari GoFood. Bahkan, kini Soto Seger Hj. Fatimah terus tumbuh dan telah memiliki 14 cabang yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Tengah seperti Klaten, Boyolali, Salatiga, Magelang, hingga ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berkat pencapaian positif kami selama pandemi, 13 cabang Soto Seger Hj. Fatimah pun hanya menggunakan online food.

Di tengah makanan kekinian yang terus bermunculan di Kota Solo, Soto Seger Hj Fatimah berhasil mempertahankan kuliner tradisional khas Solo di 13 outletnya berkat kemudahan pengelolaan operasional restoran melalui aplikasi GoBiz. Hero dapat mengatur berbagai program promo GoFood yang menarik bagi para pelanggan melalui GoBiz sehingga Soto Seger Hj. Fatimah dapat lebih dinikmati pelanggan.

4. Cold 'n Brew

Kedai kopi asli Solo yang terus melaju di tengah ketidakpastian untuk kenalkan konsep coffee shop ke warga Solo.

Cold 'n Brew berdiri pada awal 2016, saat belum banyak coffee shop yang beroperasi di Kota Solo. Mengusung konsep house of ideas, Cold 'n Brew menawarkan tempat semi co-working space untuk para pekerja kreatif seperti desainer, arsitek, dan mahasiswa yang butuh tempat yang nyaman untuk menggarap pekerjaan atau pun tugas. Cold 'n Brew juga bekerja sama dengan berbagai komunitas seperti komunitas

lari, sepeda, crafting, hingga fotografi. Saat pertama kali beroperasi, Cold 'n Brew menemukan berbagai tantangan dalam mengembangkan usahanya.

(Instagram)

Salah satunya warga Solo belum memiliki ketertarikan terhadap coffee shop dan lebih memilih untuk menikmati makanan di angkringan. Hal ini terlihat dari hampir 70% pelanggan Cold 'n Brew berasal dari luar kota Solo, seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Dalam upaya menjangkau pelanggan yang lebih luas, Cold 'n Brew memutuskan bergabung bersama GoFood pada 2017.

Cold 'n Brew mengandalkan berbagai menu andalan favorit pelanggan seperti kopi dilema (dingin lebih mantap), caramel macchiato, creme brulee, dan lima menu varian signature Cold Brew (lemon, berry, white, original, strawberry). Setelah hampir 7 tahun berjalan, Cold 'n Brew kini memiliki 13 cabang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia seperti Klaten, Yogyakarta, Semarang, Karanganyar, hingga Medan.

5. Dawet Telasih Yu Dermi

Pertahankan resep legendaris selama 93 tahun dan melebarkan peluang bisnis dengan manfaatkan teknologi digital agar tetap eksis

Berdiri sejak 1930, Dawet Telasih Yu Dermi merupakan salah satu kuliner legendaris di kota Solo yang hadir bersamaan dengan dibangunnya Pasar Gede Hardjonagoro. Saat ini, Dawet Telasih Yu Dermi menjadi jajanan wajib para wisatawan ketika berkunjung ke Solo. Kesegaran minuman ini tidak perlu diragukan lagi karena semua bahan baku yang digunakan berasal dari bahan alami, baru, dan tanpa bahan pengawet.

Selain itu, Dawet Telasih Yu Dermi juga masih menjaga proses memasak tradisional dengan menggunakan dapur yang sama yang telah digunakan secara turun menurun seperti tungku dan alat-alat masak tradisional lainnya.

Pada 2006, usaha kuliner Dawet Telasih Yu Dermi dijalankan oleh generasi ketiganya yakni oleh Ibu Tulus Subekti atau yang kerap disapa Ibu Utik dan mulai sering berinovasi mengembangkan usahanya ke pelanggan yang lebih luas. Meskipun usaha miliknya sudah banyak dikenal oleh masyarakat lokal, Ibu Utik ingin usaha keluarganya semakin dikenal dengan mengikuti bazaar kuliner di mall hingga menyempurnakan kemasan bagi pelanggan yang tidak makan di tempat.

Lokasi penjualan yang berada di dalam pasar terkadang membuat pelanggan malas untuk antri menunggu ketersediaan tempat duduk. Ditambah lagi saat pandemi melanda, Ibu Utik harus memutar otak untuk mempertahankan pendapatan. Hingga akhirnya pada 2020, anak pertama Ibu Utik, yakni Yudith menyarankan untuk bergabung bersama GoFood.

Rekomendasi