Nasihat untuk Ivan yang Suruh Anak SMAK Gloria Surabaya Sujud-Menggonggong

| 13 Nov 2024 13:41
Nasihat untuk Ivan yang Suruh Anak SMAK Gloria Surabaya Sujud-Menggonggong
Ivan Sugianto (tengah) saat ngamuk di SMA Kristen Gloria, Surabaya.

ERA.id - Viral video bapak bernama Ivan Sugianto, menyuruh murid bersujud dan mengonggong di halaman SMA Kristen Gloria 2, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (21/10/2024) sore lalu. Semuanya dipicu kesalahpahaman.

Masalah dimulai dari pertandingan basket three on three di Ciputra World. Salah satu pemain yang merupakan siswa Cita Hati (CH) berinisial AL, mengejek siswa SMA Gloria 2 Surabaya, berinisial EN. Dari pertandingan itu, tim AL kalah. AL dan EN pun saling mengejek.

Orang tua AL yang mendengar itu, Ivan, keesokan harinya mendatangi mendatangi SMA Gloria 2 bersama preman, pada Senin, (21/10/2024) lalu, dan menuntut EN meminta maaf dari EN. Di sana, Ivan menuntut agar EN bersujud dan menggonggong seperti anjing.

Respons psikolog

Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, Kasandra A. Putranto, menyarankan para orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk berusaha menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Kasandra menyampaikan, belajar menghadapi perlakuan dari orang lain merupakan bagian dari tahapan pembangunan ketangguhan dalam proses tumbuh kembang anak.

Menurut dia, anak-anak bisa belajar membedakan hal baik dan buruk, membela diri, serta menangkal pengaruh buruk saat menghadapi perlakuan buruk dari orang lain.

"Kemampuan ini harus dimiliki sejak kecil, secara bertahap, untuk anak dapat membedakan mana yang baik dan buruk dan menangkal pengaruh buruk tersebut," katanya.

Kasandra mengemukakan, bahwa orang tua yang membiarkan anak menyelesaikan konfliknya sendiri bukannya tidak peduli.

Orang tua yang demikian justru mengajarkan anak untuk mengetahui kapan mereka harus bertindak dan membela diri.

Dalam hal ini, menurut Kasandra, orang tua bisa lebih dulu melihat seberapa besar masalah atau konflik yang sedang dihadapi oleh anak.

Kalau menurut penilaian masalah dan konfliknya masih bisa dihadapi sendiri oleh anak, maka orang tua bisa sekedar mengamati tanpa terlibat langsung dalam penyelesaian masalah.

Menurut Kasandra, orang tua bisa membantu atau mengambil alih penanganan kalau masalah atau konfliknya dapat membahayakan anak.

"Ketika sudah mengandung risiko bagi anak, masa depan anak, dan mengancam keselamatan, serta ketika anak belum mampu menyelesaikan sendiri," katanya.

Rekomendasi