Kenali Hipotermia yang Sering Serang Pendaki, Ini Gejala dan Cara Menanganinya

| 04 Mar 2025 19:00
Kenali Hipotermia yang Sering Serang Pendaki, Ini Gejala dan Cara Menanganinya
Gejala hipotermia (ANTARA/HO Kantor SAR MANADO)

ERA.id - Hipotermia belakangan ini ramai diperbincangkan usai kematian Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono dalam pendakian Puncak Carstensz Pyramid di Mimika, Papua Tengah, akhir Februari kemarin. Orang yang terkena hipotermia pun mengalami risiko kematian.

Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Faisal Parlindungan Sp.PD menyatakan bahwa kondisi hipotermia terjadi karena suhu tubuh menurun menjadi di bawah 35 derajat Celsius akibat paparan suhu dingin dalam waktu lama.

Namun demikian, gejala hipotermia bervariasi tergantung pada tingkat keparahannya. Gejala hipotermia ringan (suhu tubuh 32-35°C), menurut Faisal, antara lain tubuh menggigil, kulit pucat dan dingin, bicara melambat atau cadel, serta denyut jantung dan pernapasan sedikit meningkat.

Dokter yang juga berpraktik di Rumah Sakit Abdi Waluyo Jakarta itu menyampaikan bahwa orang yang mengalami hipotermia ringan juga bisa mengalami kebingungan ringan dan kesulitan berkonsentrasi.

Selain itu, orang yang mengalami kondisi hipotermia sedang (suhu 28-32°C), gejala menggigilnya bisa mulai berkurang atau berhenti karena tubuh kehilangan kemampuan menghasilkan panas.

Tanda kondisi hipotermia sedang lainnya adalah denyut nadi dan pernapasan melambat, kelemahan otot, koordinasi buruk, kesulitan berjalan, disorientasi, kebingungan, bicara tidak jelas, tidak responsif, dan menunjukkan perilaku aneh seperti melepas pakaian meskipun kedinginan.

Orang dengan kondisi hipotermia berat (suhu kurang dari 28°C), kata Faisal, biasanya tidak sadarkan diri dan mengalami gangguan irama jantung.

"Pernapasan dan denyut jantung sangat lambat atau sulit dideteksi dan pupil melebar dan tidak bereaksi terhadap cahaya," katanya, dikutip Antara, Selasa (3/4/2025).

Terkait penanganan pertama pada orang yang terkena hipotermia, Faisal menjelaskan tubuh pendaki harus segera dipindahkan ke tempat yang lebih hangat dan terlindung dari angin, hujan, atau salju serta membantu menghangatkan kembali tubuhnya.

"Jika seseorang mengalami hipotermia saat mendaki gunung, langkah pertama yang harus dilakukan adalah segera menghentikan kehilangan panas dan membantu tubuhnya kembali hangat," jelasnya.

"Jika ada tenda, segera masukkan orang tersebut ke dalamnya. Jika tidak ada tempat berlindung, buat penghalang dari tas atau benda lain untuk melindungi dari angin," sambung Faisal.

Namun apabila kondisi pendaki yang mengalami hipotermia memakai pakaian basah, maka sebaiknya segera diganti dengan pakaian yang kering.

"Kalau tidak ada baju ganti, bungkus tubuhnya dengan jaket atau sleeping bag," tegasnya.

Untuk melakukan itu, Faisal menyarankan bisa menggunakan selimut darurat yang dapat membantu menahan panas tubuh dan kompres hangat bisa digunakan untuk menghangatkan kembali tubuh penderita hipotermia.

"Isi botol dengan air hangat dan letakkan di area ketiak, leher, atau selangkangan, tempat di mana pembuluh darah besar berada, agar panas lebih cepat menyebar," jelasnya.

Lalu, kata Faisal, apabila orang yang mengalami hipotermia masih dalam keadaan sadar, makanan tinggi kalori dan minuman hangat non-alkohol dan non-kafein bisa diberikan untuk membantu menghangatkan kembali tubuhnya.

"Minuman hangat seperti teh manis atau cokelat panas. Makanan tinggi kalori seperti cokelat atau kacang juga bisa membantu tubuh menghasilkan panas," imbuhnya.

Setelah upaya untuk membantu menghangatkan kembali tubuh dilakukan, dokter Faisal menyarankan kondisi penderita hipotermia diperiksa untuk mengetahui apakah suhu tubuhnya sudah kembali ke kisaran normal (36-37°C).

Menurut dia, denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasannya juga sebaiknya diperiksa.

"Hipotermia bisa menyebabkan gangguan ritme jantung (aritmia) dan tekanan darah rendah. Amati apakah ada tanda gangguan kognitif seperti kebingungan atau bicara tidak jelas, yang bisa menunjukkan cedera akibat dingin atau komplikasi lainnya," kata dia.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa resusitasi jantung dan paru-paru atau pijat jantung harus segera dilakukan kalau orang yang mengalami hipotermia sudah tidak merespons, bernapas sangat pelan, atau bahkan tidak bernapas.

Dalam kondisi yang demikian, ​​​​​​​orang yang bersamanya harus berusaha secepat mungkin meminta pertolongan dari tenaga profesional.

Rekomendasi