ERA.id - Di balik kemegahan konser Coldplay di Jakarta belum lama ini ternyata meninggalkan kepahitan bagi beberapa pihak. Salah satunya bagi para penyandang disabilitas yang datang untuk menonton konser tersebut.
Penonton yang pemegang tiket khusus wheelchair atau kursi roda bernama Tirta menceritakan pengalaman tak mengenakkan saat nonton konser Coldplay di Twitter atau X. Ia mengawali cerita dengan mengatakan bahwa pemegang tiket wheelchair (kursi roda) akan dibantu masuk ke venue konser, tapi yang terjadi tidak demikian.
"Jadi kalau berdasarkan email, para pemegang tiket wheelchair itu dibantu medic untuk ke dalam. Begitu nanya medic, semua bengong gak tau ngapain. Akhirnya di ping-pong naik turun. Gak tau masuk lewat mana. Ada kali sejam gue naik turun nyari pintu masuk di mana," tulis Tirta di akunnya @romoegadungan pada Kamis (16/11/2023).
Kondisi serupa juga dialami oleh pemegang tiket wheelchair lainnya. Ini pun membuat Tirta berinisiatif mengumpulkan pemegang tiket wheelchair dan beramai menuntuk kejelasan dari pihak penyelenggara.
Jadi kalau berdasarkan email, para pemegang tiket wheelchair itu akan dibantu medic untuk ke dalam.
Begitu nanya medic, semua bengong gak tau ngapain. Akhirnya di ping-pong naik turun. Gak tau masuk lewat mana.
Ada kali sejam gue naik turun nyari pintu masuk di mana.
— Tirta (@romeogadungan) November 16, 2023
"Akhirnya gue inisiatif manggil-manggil semua yang pakai kursi roda. Berkumpul jadi satu, terus tanya panitia. Karena kalau sendiri-sendiri akan dilempar antar panitia. Ini gue bareng kira-kira 10 pengguna kursi roda yang lain," tuturnya.
Namun, pihak penyelenggara malah mengatakan bahwa area nonton untuk pengguna kursi roda sudah penuh oleh penonton yang mendadak memberi tahu menggunakan kursi roda. Hal ini sontak membingungkan karena Tirta dan yang lainnya sejak awal sudah konfirmasi akan mendapatkan slot di area khusus.
"Jadi mereka pakai kursi roda dan minta ditempatkan sama panitia di bagian kursi roda. Sementara pemegang tiket wheelchair yang dari awal ngurusin surat dari rumah sakit dan lain-lain harus rela pindah ke bagian yang ada tangga-tangganya," jelasnya.
Saat itu situasi pun memanas, dan para pendamping penonton wheelchair ikut protes karena mereka sudah mengusus akses kategori khusus sejak lima bulan lalu, tetapi tidak diberikan dengan baik. Pihak penyelenggara di lokasi pun akhirnya bergerak dan mengosongkan area khusus tersebut dan membiarkan Tirta bersama yang lain masuk.
"Entah bagaimana, area itu bisa dikosongkan. Kami dijemput dan bisa masuk. Meski pun nggak duduk di seat masing-masing. Sampai di sana, ya emang ada orang-orang yang nggak pakai kursi roda. Cuma karena sudah gelap, sudah dapat seat, sudah mau mulai, akhirnya sudah ikhlasin saja," katanya.
Meski sudah mengikhlaskan, Tirta tetap menyayangkan hal tersebut bisa terjadi, terlebih memakan waktu yang cukup lama. Ia juga menyimpulkan bahwa persoalan ini disebabkan karena pihak penyelenggara yang tidak konsisten dan penonton lain yang tak segan mengambil hak penyandang disabilitas.
"Total dua jam menunggu, dilempar-lempar panitia, naik-turun, berdebat, sampai akhirnya bisa masuk," tambahnya.
"Chaosnya konser di Indonesia itu kombinasi antara tidak becusnya promotor dan mental orang Indo yang emang sampah," pungkasnya.
Sementara itu, para penyandang disabilitas yang sulit mendapatkan area khusus di lokasi merupakan satu dari keluhan penonton yang hadir di konser Coldplay. Terdapat juga permasalahan gelang tiket habis, barcode tiket tidak bisa di-scan, pengaturan massa yang tidak optimal, hingga pintu masuk venue bisa kebobolan oleh oknum yang tidak memiliki tiket.