Tim Editor
ERA.id - Seorang anak indigo terkenal bernama Gus Robin meramal sosok Komisaris Utama PT Pertamina, Basuki Tjahja Purnama (BTP) alias Ahok. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini dikenal sebagai sosok yang jujur, tegas dan berani.
Pria berusia 55 tahun ini tak segan-segan mengkritik dan bersuara lantang saat mengetahui bawahannya tak menjalankan tugas secara maksimal. Gus Robin mengatakan jika itu adalah karakter aslinya Ahok selama berkarier.
Akan tetapi, anak indigo itu meramal Ahok dibuntuti oleh sosok bercahaya bak pasukan perang dengan membawa senjata, seperti tombak dan pedang. Namun, sosok itu dinilai baik dan tidak berbahaya untuk Ahok.
"Kok bisa pak Ahok ini benar-benar tegas, disiplin dalam kerja, dan jujur? Saya melihat ada sosok-sosoknya seperti cahaya dibelakang. Saya tidak boleh mengucap itu apa. Tapi ini seperti membawa senjata dia. Senjata dua orang, senjata satu tombak satunya membawa pedang," ujar Gus Robin, dikutip dari kanal YouTube Ekspedisi Alam Lain.
"Seperti pasukan perang tapi bercahaya ada juga pakaian putih-putih seperti nenek dan kakek, bisa dibilang khodam masa lalu. Itu baik disayang sama buyut-buyutnya," lanjutnya.
Menurutnya, sosok bercahaya itu datang dari kaum Tionghoa. Selain itu, Ahok juga disayangi oleh mahluk gaib seperti sosok perempuan cantik. Hal ini membuat pesona Ahok begitu memikat.
"Dari kaum Tionghoa juga ada, seperti penggambaran berpakaian perang membawa tombak. Pokoknya ini seperti tempur, sosok yang mau tempur.
"Pak Ahok disayangi kaum mahluk gaib seperti wanita cantik tapi saya tak boleh kasihtau makanya dia ada pesona," paparnya.
Saat bekerja dibidang pemerintah, Ahok menunjukkan sifat kejujuran dan tegasnya. Namun, sifat ini lebih ditujukkan saat dirinya bekerja.
"Ketika dekat dengan pemerintahan, Pak Ahok mengeluarkan sifat jujur dan tegas. jadi tidak selalu sifat itu dibawa pada tempatnya. Pak Ahok bisa mengubah suasana tergantung suasana yang dijalani," ucapnya.
Selain itu, menurutnya Ahok selalu jujur dan tidak berbohong. Ketika dirinya sudah berjanji kepada masyarakat, janjinya selalu diwujudkan.
"Saya lihat yang dijalani bukan hanya omongan. Sering apa yang diomongkan sering dilakukan. Jadi, apa yang kita ucapkan adalah hutang. Jadi, kalau kita tidak bisa memenuhi, ucapan jadi hutang di dunia gaib," imbuhnya.
