ERA.id - Didapuknya Maudy Ayunda sebagai juru bicara Prisidensi pada perhelatan KTT G20 2022 membuatnya menuai kritikan hingga disorot oleh media asing. Dilansir dari Bloomberg, terpilihnya Maudy sebagai juru bicara sangatlah tidak cocok.
Peneliti politik LIPI, Wasisto Raharjo Jati menyebut bahwa Maudy dipilih hanya sebagai upaya untuk meredam kritik generasi muda terkait isu masalah pekerjaan dan layanan publik. Dengan dipilihnya Maudy juga seolah menyatakan bahwa pemerintah lebih condong ke generasi muda di perkotaan daripada di desa.
"Ini memberi simbol akan sebagian usaha untuk meredam kritikan dari pemuda di masalah-masal kritis, seperti pekerjaan dan layanan publik," kata Wasisto.
"Pemerintah lebih condong ke pemuda di perkotaan yang memiliki hak istimewa, milenial yang cocok untuk ide yang ingin mereka promosikan, sementara meninggalkan kebanyakan adalah pemuda pendapatan menegah ke bawah dan hidup di pedesaan," lanjutnya.
Selain itu, cewek lulusan Stanford University itu dinilai tidak memiliki pengalaman di bidang politik maupun ekonomi. Pada pengarahan pertamanya, Maudy dinilai mengabaikan pertanyaan mengenai kehadiran Vladimir Putin, dan malah membahas mengenai masalah personalnya.
Sementara itu, menjadi bagian dari juru bicara Maudy bertugas untuk melaporkan hasil dari rapat yang relevan dengan Indonesia.
Untuk kejadian ini, juru bicara Kementerian Kominfo, Dedy Parmady menjelaskan bahwa Maudy dipilih karena dinilai sebagai sosok yang tepat untuk menjangkau masyarakat luar, khususnya untuk milenial dan Gen Z.