Kisah Pecatur Berprestasi yang Ingin Bunuh Diri

| 12 Oct 2018 06:44
Kisah Pecatur Berprestasi yang Ingin Bunuh Diri
Atlet catur disabilitas netra, Debi Ariesta (Foto: asianparagames2018.id)
Jakarta, era.id - Menjadi penyandang disabilitas di usia belia menjadi pukulan berat bagi siapapun. Tak terkecuali, atlet catur disabilitas netra di Asian Para Games 2018, Debi Ariesta.

Debi merupakan atlet yang mengharumkan Indonesia di pesta olahraga difabel tingkat Asia lewat sumbangan medali emasnya di cabang olahraga catur kategori standar netra perorangan dan beregu.

Tapi, jauh sebelum Debi menyadari kelebihan di balik kekurangannya, ia ternyata sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

Debi menderita katarak saat masih berusia 11 tahun di kedua matanya dan ia sempat sulit menerima kenyataan penyakitnya yang sudah membuatnya tak lagi bisa melihat.

Keterbatasan biaya juga membuatnya tak bisa melakukan tindakan medis untuk mencegah kebutaan.

“Saya masih dapat melihat saat masih kecil. Saya mulai menderita katarak mulai kelas 5 SD,” kata Debi, seperti dilansir dari website Asian Para Games 2018.

“Ketika usia 14 tahun saya masih low vision, sebelum akhirnya tidak bisa melihat sama sekali dan tak dapat melanjutkan sekolah lantaran tak dapat melihat papan tulis,” tuturnya.

Kondisi itu pun sempat membuat Debi putus asa. Ia pun sampai berpikir untuk bunuh diri karena merasa hidupnya sudah tak berguna lagi.

“Saya sempat stres, frustrasi, bahkan ingin minum sampo (bunuh diri), tidak mau hidup lagi,” tandas Debi.

Baca Juga : Mengenal Metode Perawatan RICE di Cabor Para Atletik

Rekomendasi