Lebih Dekat dengan Mandalika, Wilayah Ekonomi Khusus di Lombok

| 18 Nov 2018 13:47
Lebih Dekat dengan Mandalika, Wilayah Ekonomi Khusus di Lombok
Mandalika di CFD (Sumber: Twitter/@WICFD1)

Jakarta, era.id - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) tengah memfokuskan promosi sepuluh daerah prioritas atau yang dikenal sepuluh destinasi Bali Baru. Mandalika adalah salah satunya.

Mandalika merupakan daerah yang terletak di bagian Selatan Pulau Lombok. Daerah ini lebih dikenal dengan kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 untuk menjadi KEK Pariwisata.

Ada dua hal yang selalu dihubungkan dengan kisah Putri Mandalika tersebut yakni Festival Pesona Bau Nyale yang dipercaya nyale (cacing laut) sebagai perwujudan Putri Mandalika yang menjatuhkan diri ke laut dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

Car free day (CFD) Jakarta dipilih menjadi tempat untuk mempromosikan destinasi wisata ini, karena salah satu alasannya tempat ini paling banyak dikunjungi masyarakat saat weekend.

Melalui event ini, Kemenpar ingin masyarakat mengenal destinasi wisata yang dapat dikunjungi selain Bali. Mulai dari kesenian daerah yakni tari gandrung diiringi gamelan Lombok, hingga kuliner khas daerah tersebut hadir di CFD, Park and Ride, Jalan MH Thamrin no.10, Jakarta Pusat.

Lalu, apa saja sih hal-hal yang menarik dari Mandalika? Apa saja kekayaan yang dimiliki wilayah yang tengah jadi sorotan beberapa waktu belakangan ini?

Peresean (FOTO: Mery/era.id)

Tari Gandrung

Tari Gandrung Lombok adalah kesenian tari tradisional dari Lombok yang dilakukan secara berpasangan antara penari wanita dan pria. Tari Gandrung Lombok ini sebenarnya hampir sama dengan tari gandrung yang ada Jawa maupun Bali. Namun juga terdapat beberapa perbedaan yang menjadi ciri khasnya baik, dari segi gerakan, kostum maupun penyajian pertunjukannya.

Pengurus Anjungan Nusa Tanggera Barat (NTB) Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Triyono mengatakan, dalam pertunjukan Tari Gandrung Lombok ini dibagi menjadi 3 babak yaitu Bapangan, Gandrangan, dan Parianom. Tarian ini awalnya hanya dilakukan untuk bersuka ria para prajurit saja.

Gerakan dalam tarian tersebut masih berupa improvisasi dari para penari, meskipun beberapa diantaranya merupakan gerakan khas dari tarian ini. Tarian ini kemudian kembangkan dan ditata ulang sebagai sebuah kesenian tari pertunjukan oleh para seniman di sana , baik dari segi gerak, busana, maupun jumlah penari, hingga menjadi seperti sekarang.

“Dulunya tarian ini untuk menghibur prajurit yang pulang dari medan perang. Tapi kalau sekarang ditampilkan hanya untuk acara adat atau perkawinan,” katanya, kepada era.id, di CFD Jakarta, Thamrin, Minggu (18/11/2018).

Tradisi Peresean atau Duel ‘Gladiator’ Mandalika Lombok

Peresean adalah pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan berperisai kulit kerbau yang tebal dan keras (perisai disebut ende). Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat suku Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia.

Para pemain peresang ini berasal dari satu organisasi yang bernama Merang Sasak. Organisasi ini adalah perkumpulan anak rantau dari Lombok, NTB yang ada di Jakarta.

Pengurus Merang Sasak Fahmi mengatakan, bahwa peresean dahulunya digunakan untuk memilih panglima dari pasukan-pasukan yang kokoh dan kuat.

“Dahulu banyak kerajaan, peresean ini digunakan untuk memilih pasukan kokoh dan kuat, mencari panglima. Dulu konon katanya yang dipakai bukan totan tetapi parang. Jadi ada dua orang pendekar namanya pedadu, dan satu orang wasit namanya pekembar sedi,” kata Fahmi.

Menurut Fahmi, dalam kesenian peresean ini ada aturan mainnya yakni para pepadu tidak boleh memukul anggota badan bagian bawah kaki atau paha, tetapi para pepadu diperbolehkan memukul anggota badan bagian atas kepala, pundak, dan punggung.

Di dalam pertunjukan Peresean, ada musik pengiring untuk menyemangati para pepadu sekaligus sebagai pengiring kedua pepadu menari. Alat musik yang digunakan sebagai pengiring adalah gong, sepasang kendang, rincik atau simbal, suling dan kanjar. Pepadu memegang tongkat rotan di tangan kanan dan perisai di tangan kiri. Kedua pepadu harus saling serang untuk mendapat nilai tinggi dari para juri.

Parade Gendang Beleq

Gendang Beleq adalah alat musik tradisional NTB yang dimainkan secara berkelompok. Secara spesifik, alat musik ini berasal dari Suku Sasak, Lombok, NTB. Gendang Beleq memiliki ukuran diameter 0,5 meter dan panjang 1,5 meter. Bahan bakunya berasal dari kayu Meranti dan dilapisi kulit sapi/kerbau/kambing.

Berdasarkan sejarah, Gendang Beleq merupakan kolaborasi Bahasa Indonesia dan Bahasa Sasak. Kata ‘Gendang’ diadopsi dari suara yang dihasilkan, seperti ‘deng’ atau ‘dung’. Serapannya langsung dari kata gendang. Sedangkan kata ‘Beleq’ ini adalah Bahasa Sasak yang artinya besar. Biasanya, Gendang Beleq ini dimainkan bersama alat musik lainnya. Ada gong, terumpang, pencek, oncer, hingga seruling.

Pertunjukan Gendang Beleq awalnya untuk memberikan support bagi parajurit menuju medan perang. Seiring waktu, kini Gendang Beleq digunakan untuk memeriahkan acara penting. Ada acara adat, media penyambutan tamu, festival budaya, pernikahan, hingga khitanan.

Kuliner Khas Mandalika

Tidak hanya menampilkan kesenian budaya khas Mandalika. Kemenpar juga menghadirkan makanan khas daerah tersebut. Mulai dari Ayam Taliwang, Plecing Kangkung, hingga Sate Bulayak ada di CFD Jakarta.

Rekomendasi