Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto, menjelaskan bahwa mendongeng dapat mengaktifkan pusat emosi di otak anak dan melatih fokus perhatian mereka. Mendongeng juga melatih anak-anak berpikir secara berstruktur.
Mendongeng merupakan rutinitas menyenangkan yang membentuk hubungan ibu dan anak secara fisik (usapan, kecupan, pelukan) dan emosional (rasa percaya dan keterikatan anak terhadap ibu).
Selain itu, mendongeng dapat meningkatkan imajinasi anak, serta metode yang baik untuk menyampaikan nilai moral dan budaya kepada anak sejak dini.
"Manfaatnya itu ada banyak sekali, merangsang berbagai aspek perkembangan jiwa anak. Mendengar dongeng membuat perkembangan bahasa si anak, misalnya si kancil berjingkat. Nanti si anak akan bertanya, berjingkat itu apa," ujar Kak Seto di Jakarta, seperti dikutip Antara, Rabu (28/11/2018).
Kemampuan anak untuk berkomunikasi semakin berkembang dengan adanya dongeng karena anak akan merespons apa yang sedang diceritakan oleh orang tuanya.
Tak hanya itu, mendongeng menjadi sarana bagi orang tua untuk melepas stres atau tekanan. Menurutnya, banyak kasus kekerasan terhadap anak dilakukan oleh seorang ibu karena memiliki tekanan yang tinggi. Dongeng juga dipercaya menjadi self healing untuk orang tua.
"Ada kecenderungan pelaku kekerasan pada anak adalah ibunya sendiri, ini dalam survei yang kita lakukan. Ibu yang stres memikirkan tagihan ini-itu sehingga melampiaskannya kepada anak. Dengan mendongeng maka semua akan luluh menjadi sebuah persahabatan," jelas Kak Seto.
Dia menambahkan, mendongeng juga meningkatkan nilai kreativitas anak dan orang tua. Di sini, keduanya bisa berimajinasi dengan cerita yang sedang disampaikan. Orang tua juga dapat memasukkan nilai-nilai moralitas tanpa terkesan menggurui.
"Berbagi nilai moralitas bisa disampaikan, mana yang buruk mana yang tidak. Kemudian juga tokoh-tokoh yang punya kejujuran, keberanian semua ditanamkan dengan dongeng-dongeng yang indah," terang Kak Seto.