Masalah Keuangan Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

| 09 Jan 2019 15:18
Masalah Keuangan Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - Bokek alias tak punya uang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, bahkan pada orang-orang yang usianya masih muda. Ini serius karena berdasarkan penelitian di jurnal Circulation. 

Dilansir dari Antara, Rabu (9/1/2018),  studi ini mengumpulkan data dari 4.000 orang selama 15 tahun, saat mereka berusia 23 tahun hingga 35 tahun. Para narasumber ditanya berapa gaji yang diperoleh saat studi dimulai dan empat kali setelah itu. Selain itu, catatan medis jantung mereka juga dianalisa.

Selama periode studi, para peneliti menemukan dua orang yang mengalami pendapatan yang berubah-ubah memiliki risiko lebih dari dua kali lipat mengalami masalah jantung, dan hampir dua kali lipat risiko kematian dini, dibandingkan dengan mereka yang memiliki pendapatan lebih stabil.

Sebagian besar ketidakstabilan pendapatan dihasilkan dari periode pengangguran atau penurunan gaji setelah berganti pekerjaan.

Para peneliti juga berfokus pada orang-orang yang pendapatannya berkurang 25 persen atau lebih dikaitkan dengan risiko peristiwa jantung seperti serangan jantung, strok dan gagal jantung, serta kematian dini yang lebih besar. Ukuran efeknya mengejutkan para ilmuwan.

"Kami berasumsi bahwa penurunan pendapatan atau perubahan gaji yang sering mungkin tidak baik untuk kesehatan. Mengingat ini dianggap sebagai peristiwa yang membuat stres. Tetapi kami terkejut dengan besarnya efek yang kami lihat, karena kami melihat populasi yang relatif muda," kata Tali Elfassy, asisten profesor epidemiologi di departemen ilmu kesehatan masyarakat di University of Miami.

"Ini adalah ukuran efek yang kuat," kata dia sambil mengatakan penurunan pendapatan tampaknya memiliki efek yang sangat nyata pada penyakit jantung dan kematian.

Ilustrasi (Pixabay)

Orang yang mengalami lebih dari dua kali penurunan pendapatan selama periode penelitian memiliki risiko 2,5 kali lebih besar mengalami penyakit jantung dan hampir dua kali lipat risiko kematian dibandingkan dengan orang yang pendapatannya lebih stabil.

Meski penelitian ini tidak dirancang untuk mengeksplorasi apa yang mendorong hubungan antara perubahan pendapatan dan peristiwa penyakit jantung, penelitian sebelumnya membangun hubungan yang kuat antara stres, termasuk karena perubahan pendapatan, dan efek buruk pada jantung.

Peristiwa stres dapat berkontribusi pada obesitas, yang merupakan faktor risiko penyakit jantung, serta tekanan darah tinggi.

Penghasilan rendah juga dapat memainkan peran sendiri. Misalnya, memiliki status sosial ekonomi rendah telah dikaitkan dengan kesehatan jantung yang lebih buruk. Sebab, orang-orang dengan pendapatan rendah atau tidak stabil cenderung lebih banyak merokok, jarang berolahraga dan lebih jarang mengunjungi dokter, yang semuanya dapat menambah risiko masalah jantung.

"Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang dari segala usia harus lebih memperhatikan faktor-faktor non-medis, seperti pendapatan, saat membahas soal kesehatan mereka," kata Elfassy.

"Perubahan pendapatan bisa menjadi peristiwa besar dalam kehidupan. Sering kali kita berpikir bahwa orang yang lebih tua rentan terhadap perubahan ini, tetapi ternyata anak muda juga rentan terhadap tekanan keuangan semacam ini," tambah dia.

Ilustrasi (Pixabay)

Dia menambahkan, para dokter sebaiknya bertanya kepada pasien mereka tentang peristiwa besar kehidupan yang bisa menjadi sumber stres, termasuk perubahan status ekonomi. Sehingga, pasien dapat dirujuk untuk mencari konseling kesehatan mental atau memberi mereka kata-kata positif sebagai penyemangat

"Masuk akal bagi dokter untuk menanyakan apakah ada trauma baru-baru ini yang terjadi pada pasien mereka," kata Elfassy.

Karena penghasilan sering tidak berada dalam kendali orang, fokus pada mengatasi stres bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan jantung. Di antaranya, berolahraga atau berjalan-jalan rutin setiap hari, yang dapat memberikan dukungan sosial untuk mengurangi tekanan dari pendapatan yang berfluktuasi.

Rekomendasi