Agterplaas, Akhir Penantian Panjang The Adams

| 06 Mar 2019 22:16
<i>Agterplaas</i>, Akhir Penantian Panjang The Adams
The Adams (Foto: Maretian/era.id)
Jakarta, era.id - Tak terasa memang. Tapi sudah 13 tahun setelah album keduanya v2.05 (2006), The Adams tak lagi mengeluarkan karya baru. Dan akhirnya, segala penantian itu usai tepat di hari Rabu (6/3/2019). Ario Hendrawan (vokal, gitar), Saleh Husein (vokal, gitar), Gigih Suryoprayogo (vokal, drum), dan personil baru Pandu Fathoni (vokal, bas) melepas album ketiganya yang diberi tajuk Agterplaas (baca: Akhterplas). 

Di bawah payung Belakang Teras Records, band yang sempat dikenal lewat soundtrack Janji Joni tersebut merilis albumnya dalam format box eksklusif yang memiliki cita rasa tinggi. Dalam sesi konferensi pers di Studio Palem Kemang, Jakarta Selatan, Ario dkk menceritakan kelegaannya setelah 13 tahun tidak mengeluarkan karya. Kesibukan para personelnya --punya pekerjaan selain musisi serta sang bassis yang mengundurkan diri-- menjadi salah satu alasan keterlambatan album tersebut.

“Sebenarnya sudah ada ide mulai tahun 2009 untuk lagu dan persiapan album. Tapi tertunda terus. Bahkan belakangan kami hanya manggung satu tahun sekali. Terus Gigih juga kerja sebagai kameramen yang kalau kerja lama banget enggak ketemunya,” tutur Ario kepada era.id.

Senada dengan Ario, sang drummer pun juga menjelaskan akan kesulitannya bermain musik setelah ditinggal bassis sebelumnya.. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Pandu yang juga menjadi gitaris Morfem dan salah satu personel Barefoot serta The Upstairs. Ia jugalah yang sering menanykan perihal The Adams yang jarang manggung hingga kemudian berlanjut bergabung dengan The Adams pada 2013.

Masuknya Pandu membuat para personel orisinal The Adams tergerak. Sehingga Ario dan Saleh pun datang dengan beberapa karya baru. Keleluasan memiliki studio sendiri bernama Teras Belakang membuat mereka lebih leluasa membuat lagu, bahkan seringkali merombaknya. Sehingga waktu mereka banyak dihabiskan di dalam studio mulai dari pagi sampai pagi kembali. Momen bersama di studio milik Gigih tersebut yang kemudian menjadi latar belakang nama album mereka.

“Agterplaas itu artinya teras belakang, nama studio tempat kita buat lagu. Itu diambil dari bahasa Afrika Selatan biar terdengar keren. Ya itu menandakan kebersamaan kami di studio itu,“ ucap Ario.

Secara musik, album ini tidak jauh berbeda dengan ciri khas The Adams. Namun kali ini, mereka ingin terdengar tidak biasa. Yaitu, banyak memotong chord atau nada. Menurut Saleh, terasa seperti cut and paste. Ada chord yang dipotong atau kemudian ditambahkan dengan chord lain. Mereka ingin membuat rumit, namun tetap bisa dinikmati.

Senada dengan itu, mereka juga membuat konser dengan konsep launching konser dengan cara yang unik. Bayangkan saja bila pada umumnya band tampil dalam satu panggung besar yang semuanya menghadap kepada penonton. Namun tidak untuk The Adams. Mereka tampil secara terpisah dengan panggung sendiri-sendiri yang memenuhi ruangan persegi Studio Palem Kemang. Sehingga penonton akan dibuat kebingungan personel mana yang harus mereka tonton. Konser launching ini digelar dua jam setelah jumpa media selesai.

“Ya, sekalian kita buat rumit. Tadinya mau dibuat kayak ring tinju di mana para penonton mengelilingi kita. Tapi yang ini kita buat terpisah sehingga terlihat seperti galeri seni. Nanti pengunjung masuk ke ruangan akan mengikuti tur seni mana yang ingin mereka lihat,” tutup Ario.

Supaya kamu tahu, The Adams terbentuk pada 2002 yang kemudian merilis album selftitled pertamanya tiga tahun kemudian yang lantas dilanjutkan dengan album kedua v2.05. Mereka dikenal sebagai band dengan musik area abu-abu di mana pop dan rock menjadi bias.

 

Tags : album musik
Rekomendasi