Mereka bukannya mau kondangan, tapi memang berniat untuk berkumpul di CFD. Berkebaya dengan make up lengkap, memakai kacamata hitam, serta membawa bendera, mereka menyanyikan lagu-lagu kebangsaan.
Dengan bermodal pelantang suara, seorang ibu mengajak yang lainnya untuk menyanyikan lagu Gemu Fa Mi Re lengkap dengan gerakan hebohnya. Lagu mereka nyanyikan tanpa perlu teknik suara indah dan diiringi musik.
"Ayo ibu-ibu, putar ke kiri, angkat benderanya," seru dia.
Kebanyakan dari mereka mengenakan sepatu olahraga agar bisa leluasa berjoget sambil menyanyi. Rok yang dikenakan tak menyurutkan mereka untuk semangat berputar ke kiri dan kanan. Tak lupa sesekali selfie di ponsel masing-masing.
Ternyata, salah satu koordinator acara ini adalah seorang laki-laki bernama Sudrajat Bambang Wahyudi. Mulanya ia mengajak ibu-ibu yang ikut dalam gerakan berkebaya ke arena CFD dengan hanya bermodalkan grup WhatsApp.
"Teman-teman ini dari banyak komunitas. Jadi, kita mulainya hanya lewat WhatsApp sudah bisa berkumpul segitu banyak. Kegiatan ini baru pertama kali kita lakukan," ujar pria yang disapa Yudi tersebut.
Logikanya, orang-orang datang ke CFD niatnya untuk berolahraga, dengan mengenakan pakaian yang elastis pastinya, untuk memudahkan mereka bergerak. Tapi, kenapa mereka memilih untuk berkebaya di kegiatan CFD ini?
Yudi bilang, mereka sebenarnya ingin menunjukkan kepada masyarakat kalau mengenakan kebaya itu ternyata enggak ribet-ribet amat. Buktinya, mereka masih bisa berkegiatan menyanyi dan menari dengan balutan kebaya.
"Intinya supaya kebaya bisa menjadi gaya hidup, karena anak muda sekarang sering bilang 'susah ah pakai kebaya'. Ternyata jalan-jalan di CFD bisa pakai kebaya dan berkeringat pun oke juga," jelasnya.