Instagram Serius Tumpas Ujaran Kebencian

| 20 Jan 2018 11:09
Instagram Serius Tumpas Ujaran Kebencian
Ilustrasi. (era.id)
Jakarta, era.id - Instagram tidak main-main perang dengan hoax atau informasi palsu di dunia maya. Aplikasi berbagi foto dan video ini baru saja meneken standar etik dengan Uni Eropa (UE) untuk menindak tegas akun-akun yang doyan umbar hate speech.

Instagram mengikuti langkah Facebook, Twitter, YouTube dan Microsoft yang lebih dulu membubuhkan tanda tangan kesepakatan antar etik media sosial dengan UE pada Mei 2016 lalu. 

"Instagram telah memutuskan untuk bergabung dalam perang melawan ujaran kebencian terlarang di online. Dan sekarang telah menerapkan kode etik," ujar Komisioner UE untuk Kesetaraan Gender, Keadilan, Perlindungan Konsumen Vera Jourova, seperti dilansir dari laman The Telegraph, Minggu (20/1/2018).

Perjanjian itu disepakati untuk menekan potensi unggahan yang mengandung unsur diskriminasi ras dan etnis (SARA) berkeliaran di media sosial. Artinya, media sosial bisa menghapus langsung konten yang dicurigai mengandung unsur ujaran kebencian dan hoax dalam waktu 24 jam. 

Awalnya, media sosial lamban dalam menekan potensi ujaran kebencian. Namun, setelah UE turun tangan, 81 persen masyarakat yang melaporkan adanya unsur hate speech di media sosial direspons cepat. 

Menurut data UE, sejak media sosial bersinergi dengan EU pada Mei 2016, 59 persen konten ujaran kebencian telah dihapus hingga rentang waktu satu tahun. Kenaikan berjalan signifikan hingga Januari 2018, sebanyak 70 persen.

"Hasil hari ini jelas menunjukkan bahwa platform online serius dengan komitmen mereka untuk memantau unggahan dan menghapus ujaran kebencian ilegal dalam waktu 24 jam," lanjut Wakil Presiden UE untuk Digital Single Market, Andrus Ansip.

Rata-rata, media sosial yang bekerja sama dengan UE berbasis di Amerika Serikat. Alasan utamanya terkait tingginya kekhawatiran warga Eropa terhadap media sosial yang beralih fungsi menjadi jalur perekrutan anggota ISIS.

Facebook dengan lantang mengambil sikap, media sosial milik Mark Zuckerberg itu memperkerjakan 3.500 karyawan baru dengan fokus tugas memantau ujaran kebencian. 

Tags :
Rekomendasi